Latest Post
Novel : Arok-Dedes, Pramudiya Ananta Toer
Diposting oleh
Unknown
|
Minggu, 06 Januari 2013
Baca selengkapnya »
Novel : Arok-Dedes, Pramudiya Ananta Toer
Posted by : Unknown on :Minggu, 06 Januari 2013 With 0komentarBelajar Mudah Bahasa Arab Metode FATUM 1a
Diposting oleh
Unknown
|
Kamis, 06 Desember 2012
Baca selengkapnya »
Belajar Mudah Bahasa Arab Metode FATUM 1a
Posted by : Unknown on :Kamis, 06 Desember 2012 With 0komentarMedia dan Pembelajaran
Diposting oleh
Unknown
|
Kamis, 29 November 2012
Baca selengkapnya »
Dalam dunia pembelajaran, terdapat sejumlah definisi tentang media. Gagne (1970) mengartikan media sebagai sejumlah komponen-komponen yang menunjang proses belajar dalam lingkungan pembelajaran. Briggs
(1970) menyebut media sebagai berbagai sarana fisik yang digunakan
untuk menyampaikan pesan kepada para peserta belajar dan merangsang
mereka untuk belajar. Secara bahasa, media disebut sebagai sarana
komunikasi dan sumber dari informasi itu sendiri. Media yang diambil
dari kata medium memiliki makna yang sama dengan kata between
(di antara), yang berarti segala sesuatu yang mengandung pesan
informasi antara sumber dan penerima (dalam hal ini pengajar diposisikan
sebagai sumber, dan peserta belajar sebagai penerima). Secara
sederhana, salah satu bentuk media yang paling sering kita temui adalah
televisi, yang berisikan sejumlah pesan dari sumber (stasiun televisi)
kepada penerima (pemirsa). Berkaitan dengan pembelajaran, terdapat
istilah media instruksional di mana fungsi media pada saat itu digunakan
untuk menyampaikan sejumlah pesan informasi belajar dalam sebuah proses
pembelajaran. Sehingga dalam hal ini, tujuan dari keberadaan media
adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan proses belajar.
Peranan Media Dalam Pembelajaran
Sebuah media yang ideal dalam sebuah lingkungan belajar adalah media
yang mampu memfasilitasi proses belajar dan meningkatkan tingkat
pemahaman peserta belajar terhadap informasi yang disampaikan.
Penggunaannya pun sebaiknya tetap ditentukan dan diatur oleh pengajar
selaku pihak yang mengetahui tujuan dan arah proses belajar yang
dilakukan. Dalam kata lain, bukan media yang menentukan pesan apa yang
akan disampaikan, tetapi pengajarlah yang mengatur jalannya informasi
kepada peserta belajar. Berikut ini beberapa contoh dari banyak manfaat
yang dapat kita lihat dari penggunaan media dalam pembelajaran:
- Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman tambahan, sehingga wawasan yang dimiliki para peserta belajar kurang lebih dapat disamakan. Seorang anak nelayan, bisa tahu tentang jenis tanaman di pegunungan, mirip seperti apa yang diketahui oleh anak-anak di pegunungan.
- Media pembelajaran dapat menyajikan informasi dari berbagai tempat. Seperti saat kita mempelajari tata surya, kita tidak perlu ke luar angkasa untuk melihat bentuk planet Saturnus yang memiliki cincin itu.
- Media pembelajaran dapat membangun interaksi. Hal itu dapat kita lihat saat internet digunakan sebagai sarana komunikasi antara pengajar dan peserta belajar.
- Media pembelajaran dapat menciptakan proses penelitian. Dengan menyajikan terlebih dahulu struktur tubuh katak, kita dapat mengarahkan bagian-bagian tubuh yang harus diperhatikan saat peserta belajar akan membedah tubuh katak.
- Media pembelajaran dapat dapat mempertahankan konsep mengajar secara utuh sekaligus nyata. Media kerap membantu pengajar untuk menjaga agar materi yang disampaikan tidak keluar dari ruang lingkup materi.
- Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan memberikan variasi antara gambar, suara dan video, peserta belajar tidak akan merasa bosan.
- Media pembelajaran dapat menjembatani antara hal kongkrit dengan abstrak. Seperti saat guru matematika menggunakan miniatur struktur molekul untuk mempelajari molekul itu sendiri.
Media dan Pembelajaran
Posted by : Unknown on :Kamis, 29 November 2012 With 0komentarTag :
media belajar
Teori Belajar Kognitif dan Pembelajaran
Diposting oleh
Unknown
|
Selasa, 27 November 2012
Baca selengkapnya »
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan
merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni
proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan
diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan,
pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan,
belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami
oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi
bisa,dari tidak tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak
luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang
tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran
yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal.
Teori – teori pembelajaran
berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan daripada
kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada
para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain
itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini
pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum
pembelajaran dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.
Berdasarkan pemaparan diatas,
dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Teori Belajar
Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif lebih menekankan
pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal
pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi
saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi
belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses
belajar.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu
kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya mempertahankan hidup
dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu
konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan
ketrampilan. Pernyataan di atas didukung oleh Gagne dalam buku Ratna
Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.” Kutipan diatas dapat diartikan bahwa belajar membutuhkan
waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola pikir
dari seseorang.
Belajar menurut Drs. Bambang
Warsita bahwa (2008:87)“ Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan
seseorang ke dalam sejumlah informasiyang selanjutnya dapat menyebabkan
adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.” Menurut Prof.
Dr. Made Pidarta, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan,
pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakanya pada pengetahuan
lain serta mampu mengkomunikasikanya kepada orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian
belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar
merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir baik yang
berupa pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, dimana
perubahan- perubahan yang dialami bersifat relatif permanen atau jangka
panjang yang merupakan hasil dari pengalaman hidup manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
Pengertian Teori Belajar
Teori menurut Ratna Wilis
(1988:5) menyatakan bahwa “ Teori-teori berarti sejumlah
proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintatik (artimya, kumpulan
proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan
secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan pada
data yang diamati) dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang diamati”. Sedangkan pengertian belajar seperti
yang sudah diuraikan di atas bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman. Jadi, belajar
sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang
dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks
inheren pembelajaran.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/
Berdasarkan pengertian-
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan suatu
upaya yang dilakukan seseorang untuk membantu dalam memahami pada saat
proses pembelajaran. Jadi, teori belajar merupakan proses dimana dalam
proses belajar menghasilkan pengajaran yang baik, manjemen yang baik
dengan menggunakan teori belajaryang relevan, sesuai dan disukai
sehingga tujuan belajar yang diinginkan bisa tercapai.
Pengertian Teori Belajar kognitif
Salah satu teori belajar yang
dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu
teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan
mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur
wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan
belajar bukan sekedar stimulus da respons yang bersifat mekanistik,
tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental
yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di
atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk
mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang
tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan
proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain
sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut
Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar adalah
pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh
pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana
teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi
saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh
Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan
berbekas.”
(http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/).
Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman
hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat
relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia.
Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat
mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar
pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan
aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan
dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B. Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif
Tokoh-tokoh aliran kognitif di
antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan
Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
kognitivisme, antara lain:
1. Piaget
Menurut Piaget dalam buku
“Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang
menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan
sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto
(1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut
cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai
aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar
terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang
dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang
secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin
teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan
tahapannya.
Langkah-langkah pembelajaran
dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:1) menentukan
tujuan pembelajaran; 2)memilih materi pembelajaran; 3) menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik; 4) menentukan dan
merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik; 5) mengembangkan metode
pembelajaran; 6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.
David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya
Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang
dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa
pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal
konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak
mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan
pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali
konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara
harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran
bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain: 1)
menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik;
3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan
mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik
dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk
dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang
sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar
peserta didik.
Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto
(1997:127) dan Drs. Bambang warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner
mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini
bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk
konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang
menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan :
Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa
sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan
masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan
kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara
lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas
dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik
melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga,
simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana
komunikasi dibantu sistem simbolik.
Langkah-langkah pembelajaran
dalam merancang pembelajaran menurut Bruner antara lain: 1) menentukan
tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih
materi pembelajaran; 4) menentukan topik secara induktif; 5)
mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur
topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
4. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang
teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W.
Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social
Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor
perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan
sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku
orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor
lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan
faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi
pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi,
pemikiran dan kecerdasan.
Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori
belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori belajar
medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di
jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam
teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses
interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu
merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang
harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain,
dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang
guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas
dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang
bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam ssituasi
belajar.
C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan pendapat dari Drs.
Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar
teori kognitivisme, antara lain:
- Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
- Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
- Menekankan pada pola pikir peserta didik
- Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
- Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
- Menerapkan reward and punishment
- Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan
pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di
samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan –
kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori
kognitif menurut
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/,
antara lain:
1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif
a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Dengan teori belajar kognitif
siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon
dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh
dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan
pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat
siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat
belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya
ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu
siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik
merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada
cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta
didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA
- Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media
- Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
- Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
- Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
- Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks
- Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
- Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
- Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
- Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
Teori Belajar Kognitif dan Pembelajaran
Posted by : Unknown on :Selasa, 27 November 2012 With 0komentarTag :
media belajar
Model Pembelajaran Kooperatif
Diposting oleh
Unknown
|
Baca selengkapnya »
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru
masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi
dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya
dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka
pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik
(siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan
matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi
pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik
atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan
pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat
perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Bab II Model Pembelajaran Kooperatif
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran
adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang
dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung
jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru
adalah model pembelajaran kooperatif.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan
untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran
ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan
pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas,
struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,
serta pengembangan keterampilan sosial.
B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
- kelompok mempunyai tujuan yang sama.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan
diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan
tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan
dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4.Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6.Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Bab III Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam
tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai
kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh
saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative
Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa
untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan
STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
mengunakan presentasi Verbal atau teks.
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD
1.Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar
jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif.
Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah
maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a).Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat
pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari
siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok
dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu
siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran
dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa
mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk
mengikuti tes berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa
dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan
hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau
salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep
lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara
menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk
menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam
memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
3.Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan
dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan
untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas
perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan
kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang
dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok
diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam
memahami materi pelajaran.
4.Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang
telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan
presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara
individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling
membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu
dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena
skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata
kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi
kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik,
hebat dan super.
6.Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor
evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan
kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
C. Materi Matematika yang Relevan dengan STAD
Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang
hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak
memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya bilangan
bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi
yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya
kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter
tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok
tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
<a href="https://docs.google.com/document/d/1DjrTa_oMiK53CwLkflqjex9n20fBejoJBtGUOauaA3c/edit"target="_blank">DOWNLOAD</a>
DAFTAR PUSTAKA
- Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
- Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
- Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam
- Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
- Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Emosi, Pengertiannya
Diposting oleh
Unknown
|
Baca selengkapnya »
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh
perasaan perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Peraasaan
senang atau tidak senang yang menyertai perbuataan kita sehari-hari disebut
warna efektif.. warna efektif ini kadang–kadang kuat, kadang-kadang lemah atau
samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan
mejadi ebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti
ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain : gembira, terkejut,
bahagia, jemu, benci, was-was, dan sebagainya.
Perbedaan antara
perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya
merupakansuatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu
saat tertentu suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi
dapat juga dikatakan sebagai emosi oleh karena itu, yang dimaksudkan emosi
disini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap
keadaan dalam diri seseorang yang disertai warna yang efektif, baik pada
tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat.
Pada hakikatnya, setiap orang itu mempunyai emosi, dari
bangun tidur pagi sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam
pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersma
keluarga, misalnya, kita merasa gembita, atau dalam perjalan menuju kantor,
menuu kampus, merasa jengkel karena jalanan macet, kita merasa malu karena
datang terlambat, dan setersunya. Semua itu merupakaan emosi kita.
Kesimpulan
-
Emosi
merupakaan suatu keadaan yang bergejolak dalam diri manusia, hal ini sebagai
mana yang telah di ungkapkan oleh Crow dan Crow bahwa emosi dapat diartikan
sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai
inner adjustment (penyesuaian di dalam) terhadap lingkungan untu mencapai
kesejahteraan dan keselamatan individu.
-
Semua orang memiliki jenis perasaan yang
sangat serupa, namun intensitasnya berbeda-beda. Emosi-emosi dapat merupakaan
kecenderungan yang membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menjadi modal kita
untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan hidup. Semua itu tergantung pada
emosi mana yang kita pilih dalam reaksi terhadap orang lain, kejadian-kejadia,
dan situasi di sekitar kita.
-
Semua
emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan
tersembunyi, baik yang dapat di ketahui atau tidak, seperti perubahan dalam
pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, jumlah hemoglobin, skeresi
adrenalin, jumlah dan jenis hormon, malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan,
menangis dan rasa mual. Emosi dpaat di perkirakan dalam terma-terma apakah ia
berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan energi yang tersedia untuk berbagai
tindakan seperti berfikir, meyerap, berknsentrasi, memilih, dan bertindak.
DAFTAR PUSTAKA
-
Fauji ,
Ahmad, Psikologi Umum, Bandung
: Pustaka Setia, 2004
-
Shabur,
Alex, Pesikologi Umum, Bandung
: Pustaka Setia, 2003
-
Effendi
Usman dan Juhaya S. Praja, Pengatar Psikologi, Bandung : Angkasa Bandung, 1993
← Prev