Latest Post

Belajar Mudah Bahasa Arab Metode FATUM 1a

| Kamis, 06 Desember 2012
Baca selengkapnya »

Belajar Mudah Bahasa Arab Metode FATUM 1a

Posted by : Unknown on :Kamis, 06 Desember 2012 With 0komentar

Media dan Pembelajaran

| Kamis, 29 November 2012
Baca selengkapnya »

Dalam dunia pembelajaran, terdapat sejumlah definisi tentang media. Gagne (1970) mengartikan media sebagai sejumlah komponen-komponen yang menunjang proses belajar dalam lingkungan pembelajaran. Briggs (1970) menyebut media sebagai berbagai sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada para peserta belajar dan merangsang mereka untuk belajar. Secara bahasa, media disebut sebagai sarana komunikasi dan sumber dari informasi itu sendiri. Media yang diambil dari kata medium memiliki makna yang sama dengan kata between (di antara), yang berarti segala sesuatu yang mengandung pesan informasi antara sumber dan penerima (dalam hal ini pengajar diposisikan sebagai sumber, dan peserta belajar sebagai penerima). Secara sederhana, salah satu bentuk media yang paling sering kita temui adalah televisi, yang berisikan sejumlah pesan dari sumber (stasiun televisi) kepada penerima (pemirsa). Berkaitan dengan pembelajaran, terdapat istilah media instruksional di mana fungsi media pada saat itu digunakan untuk menyampaikan sejumlah pesan informasi belajar dalam sebuah proses pembelajaran. Sehingga dalam hal ini, tujuan dari keberadaan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan proses belajar.
Peranan Media Dalam Pembelajaran
Sebuah media yang ideal dalam sebuah lingkungan belajar adalah media yang mampu memfasilitasi proses belajar dan meningkatkan tingkat pemahaman peserta belajar terhadap informasi yang disampaikan. Penggunaannya pun sebaiknya tetap ditentukan dan diatur oleh pengajar selaku pihak yang mengetahui tujuan dan arah proses belajar yang dilakukan. Dalam kata lain, bukan media yang menentukan pesan apa yang akan disampaikan, tetapi pengajarlah yang mengatur jalannya informasi kepada peserta belajar. Berikut ini beberapa contoh dari banyak manfaat yang dapat kita lihat dari penggunaan media dalam pembelajaran:

  1. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman tambahan, sehingga wawasan yang dimiliki para peserta belajar kurang lebih dapat disamakan. Seorang anak nelayan, bisa tahu tentang jenis tanaman di pegunungan, mirip seperti apa yang diketahui oleh anak-anak di pegunungan.
  2. Media pembelajaran dapat menyajikan informasi dari berbagai tempat. Seperti saat kita mempelajari tata surya, kita tidak perlu ke luar angkasa untuk melihat bentuk planet Saturnus yang memiliki cincin itu.
  3. Media pembelajaran dapat membangun interaksi. Hal itu dapat kita lihat saat internet digunakan sebagai sarana komunikasi antara pengajar dan peserta belajar.
  4. Media pembelajaran dapat menciptakan proses penelitian. Dengan menyajikan terlebih dahulu struktur tubuh katak, kita dapat mengarahkan bagian-bagian tubuh yang harus diperhatikan saat peserta belajar akan membedah tubuh katak.
  5. Media pembelajaran dapat dapat mempertahankan konsep mengajar secara utuh sekaligus nyata. Media kerap membantu pengajar untuk menjaga agar materi yang disampaikan tidak keluar dari ruang lingkup materi.
  6. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan memberikan variasi antara gambar, suara dan video, peserta belajar tidak akan merasa bosan.
  7. Media pembelajaran dapat menjembatani antara hal kongkrit dengan abstrak. Seperti saat guru matematika menggunakan miniatur struktur molekul untuk mempelajari molekul itu sendiri.

Media dan Pembelajaran

Posted by : Unknown on :Kamis, 29 November 2012 With 0komentar

Teori Belajar Kognitif dan Pembelajaran

| Selasa, 27 November 2012
Baca selengkapnya »
A. Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal.

Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif

Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Pernyataan di atas didukung oleh Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Kutipan diatas dapat diartikan bahwa belajar membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola pikir dari seseorang.

Belajar menurut Drs. Bambang Warsita bahwa (2008:87)“ Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasiyang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.” Menurut Prof. Dr. Made Pidarta, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakanya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikanya kepada orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir baik yang berupa pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan- perubahan yang dialami bersifat relatif permanen atau jangka panjang yang merupakan hasil dari pengalaman hidup manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Pengertian Teori Belajar

Teori menurut Ratna Wilis (1988:5) menyatakan bahwa “ Teori-teori berarti sejumlah proposisi-proposisi yang terintegrasi secara sintatik (artimya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan pada data yang diamati) dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati”. Sedangkan pengertian belajar seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman. Jadi, belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/

Berdasarkan pengertian- pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk membantu dalam memahami pada saat proses pembelajaran. Jadi, teori belajar merupakan proses dimana dalam proses belajar menghasilkan pengajaran yang baik, manjemen yang baik dengan menggunakan teori belajaryang relevan, sesuai dan disukai sehingga tujuan belajar yang diinginkan bisa tercapai.

Pengertian Teori Belajar kognitif

Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus da respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya.

Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.

Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.” (http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.


B. Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif

Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran kognitivisme, antara lain:

1. Piaget

Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)memilih materi pembelajaran; 3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik; 4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik; 5) mengembangkan metode pembelajaran; 6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

David Ausubel

Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Jerome Bruner

Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.

Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga, simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem simbolik.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Bruner antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran; 4) menentukan topik secara induktif; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

4. Albert Bandura

Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.

Kurt Lewin

Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam ssituasi belajar.

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
  • Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
  • Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
  • Menekankan pada pola pikir peserta didik
  • Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
  • Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
  • Menerapkan reward and punishment
  • Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/, antara lain:

1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif

a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

DAFTAR PUSTAKA
  • Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media
  • Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
  • Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
  • Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
  • Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
  • Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks
  • Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
  • Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
  • Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
  • Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta

Teori Belajar Kognitif dan Pembelajaran

Posted by : Unknown on :Selasa, 27 November 2012 With 0komentar

Model Pembelajaran Kooperatif

|
Baca selengkapnya »

A. Latar Belakang



Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Bab II Model Pembelajaran Kooperatif
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
  1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
  2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
  3. kelompok mempunyai tujuan yang sama.
  4. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
  5. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
  6. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  7. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4.Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6.Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Bab III Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD
1.Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a).Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian Materi Pelajaran
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
3.Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
4.Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
5. Penghargaan kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
6.Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.
C. Materi Matematika yang Relevan dengan STAD
Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
D. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
<a href="https://docs.google.com/document/d/1DjrTa_oMiK53CwLkflqjex9n20fBejoJBtGUOauaA3c/edit"target="_blank">DOWNLOAD</a>
DAFTAR PUSTAKA
  • Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
  • Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
  • Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam
  • Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
  • Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Model Pembelajaran Kooperatif

Posted by : Unknown on : With 0komentar

Emosi, Pengertiannya

|
Baca selengkapnya »


Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Peraasaan senang atau tidak senang yang menyertai perbuataan kita sehari-hari disebut warna efektif.. warna efektif ini kadang–kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan mejadi ebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain : gembira, terkejut, bahagia, jemu, benci, was-was, dan sebagainya.
Perbedaan antara  perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakansuatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat juga dikatakan sebagai emosi oleh karena itu, yang dimaksudkan emosi disini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan dalam diri seseorang yang disertai warna yang efektif, baik pada tingkat yang lemah maupun pada tingkat yang kuat.
Pada hakikatnya, setiap orang itu mempunyai emosi, dari bangun tidur pagi sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersma keluarga, misalnya, kita merasa gembita, atau dalam perjalan menuju kantor, menuu kampus, merasa jengkel karena jalanan macet, kita merasa malu karena datang terlambat, dan setersunya. Semua itu merupakaan emosi kita.





Kesimpulan

-          Emosi merupakaan suatu keadaan yang bergejolak dalam diri manusia, hal ini sebagai mana yang telah di ungkapkan oleh Crow dan Crow bahwa emosi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian di dalam) terhadap lingkungan untu mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
-           Semua orang memiliki jenis perasaan yang sangat serupa, namun intensitasnya berbeda-beda. Emosi-emosi dapat merupakaan kecenderungan yang membuat kita frustasi, tetapi juga bisa menjadi modal kita untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan hidup. Semua itu tergantung pada emosi mana yang kita pilih dalam reaksi terhadap orang lain, kejadian-kejadia, dan situasi di sekitar kita.
-          Semua emosi pada dasarnya melibatkan berbagai perubahan tubuh yang tampak dan tersembunyi, baik yang dapat di ketahui atau tidak, seperti perubahan dalam pencernaan, denyut jantung, tekanan darah, jumlah hemoglobin, skeresi adrenalin, jumlah dan jenis hormon, malu, sesak nafas, gemetar, pucat, pingsan, menangis dan rasa mual. Emosi dpaat di perkirakan dalam terma-terma apakah ia berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan energi yang tersedia untuk berbagai tindakan seperti berfikir, meyerap, berknsentrasi, memilih, dan bertindak.








DAFTAR PUSTAKA

-          Fauji , Ahmad, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2004

-          Shabur, Alex, Pesikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003

-          Effendi Usman dan Juhaya S. Praja, Pengatar Psikologi, Bandung : Angkasa Bandung, 1993

Emosi, Pengertiannya

Posted by : Unknown on : With 0komentar

Cinta-Abstrak

|
Baca selengkapnya »
abstrak Kebanyakan orang memiliki pendapat bahwa cinta itu sesuatu yang alami dan tidak bisa dipelajari. Ini adalah sebuah prinsip kuno yang sudah usang. Memang betul, perasaan dan emosi yang timbul ketika tertarik dengan lawan jenis adalah sebuah proses yang alamiah, tapi proses itu pun sudah bisa dijelaskan secara ilmiah.
Sekedar tertarik saja TIDAK CUKUP! Hanya karena Anda merasa deg-degan ketika melihat wanita yang menjadi minat Anda, bukan berarti PROSES untuk mendapatkannya akan terjadi begitu saja. Untuk bisa membuatnya jatuh cinta dan menjadi kekasih Anda, jelas membutuhkan keahlian yang spesifik! Untuk memulai dan menjalin hubungan cinta diperlukan bukan hanya perasaan saja, tapi juga mencakup begitu banyak hal: penampilan, komunikasi, bahasa tubuh, psikologi, pergaulan sosial, dan sebagainya. Hal-hal tersebut jelas merupakan keahlian yang bisa dipelajari, bahkan beberapa bidang, seperti psikologi, bisa dipelajari secara akademis. Jadi, apakah cinta bisa dipelajari? Ya! Justru akibat pola pikir ‘cinta itu alami dan terjadi begitu saja’ yang menyebabkan banyak sekali orang yang terjebak dalam permasalahan cinta dan hubungan yang pelik tanpa mengerti cara menemukan solusinya. Hal ini bisa Anda ukur secara sederhana dari data statistik perceraian yang makin tinggi setiap tahunnya. Begitu banyak orang mengalami penderitaan dan kekecewaan, semuanya atas nama cinta. Karena itu, MEMPELAJARI cinta dan semua aspeknya dengan baik sangat KRUSIAL untuk menciptakan hubungan cinta yang lebih sehat, ideal, dan menyenangkan bagi kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya. Antara Cinta dan Romansa Untuk memudahkan penjelasan, mari kita mendefinisikan cinta dan romansa secara sederhana. Cinta adalah PERASAAN yang timbul di hati, sebuah proses psikologis yang melibatkan emosi pribadi, sifatnya personal dan tidak melibatkan orang lain. Kata kucinya adalah: PERASAAN DAN EMOSI PRIBADI. Sedangkan romansa adalah PROSES interaksi sosial antara dua insan yang saling tertarik satu sama lain. 

Baik ketika masih PDKT, ataupun ketika sudah menjadi sepasang kekasih. Kata kuncinya adalah: INTERAKSI SOSIAL. Tidak ada interaksi, maka TIDAK BISA disebut romansa. Ngeliatin wanita dari jauh sambil ngarep, itu BUKAN romansa, apalagi cinta. Dari definisi sederhana di atas, kita bisa melihat bahwa cinta tidak harus ada dalam sebuah hubungan romansa Jadi Apa Itu Cinta? Bayangkan skenario berikut ini: Anda sangat menyukai motor balap dan bermimpi untuk membelinya suatu saat. Jadi Anda mulai menabung, bahkan sampai sering lembur larut malam demi mendapatkan penghasilan lebih. Setelah cukup lama menabung akhirnya Anda bisa membeli motor balap yang Anda idam-idamkan. Bayangkan perasaan Anda ketika mengendarai motor tersebut pulang ke rumah, bahagia bukan main! Anda merawat motor tersebut dengan sangat baik, mencucinya dengan hati-hati, rutin ke bengkel, tidak mengijinkan siapapun untuk mengendarainya, dan sangat emosional bila motor tersebut lecet atau menabrak sesuatu. Anda MENCINTAI motor Anda. 

Satu hal yang harus disadari, Anda TIDAK MUNGKIN mencintai motor Anda sedemikian rupa apabila Anda BELUM memilikinya. Anda mencintai motor tersebut karena Anda telah menginvestasikan begitu banyak hal: waktu, tenaga, dan uang. Semua investasi tersebut hanya bisa dilakukan setelah Anda membeli dan MEMILIKI motor itu. Anda TIDAK MUNGKIN mencintai dan merawat motor yang masih berada di showroom! Kalau Anda hanya bisa melihat dari balik etalase dan berkhayal untuk memiliki motor tersebut, itu bukan cinta. Itu NGAREP! Coba ganti skenario motor balap ini dengan wanita. Prinsipnya sama saja. Semakin besar investasi Anda pada suatu hal, semakin Anda mencintai hal tersebut. Mungkin Anda protes, “Kok orang disamakan dengan motor?” Baik itu orang, motor, atau apapun, proses psikologis yang terjadi adalah sama. Anda ngidam makan es krim Magnum atau Anda ngebet ingin pacaran dengan seorang wanita, proses yang terjadi di otak Anda adalah SAMA! Keinginan adalah keinginan, apapun obyeknya. Begitupula dengan cinta. 

Cinta Adalah Hasil, Bukan Penyebab Anda mencintai wanita yang SUDAH menjadi kekasih Anda, bukan karena Anda mencintai dirinya lalu menjadikannya kekasih Anda. Dalam tahap PDKT, proses yang terjadi hanyalah ketertarikan fisik dan interaksi sosial. Sama sekali tidak ada unsur cinta di dalamnya, karena dia belum jadi milik Anda. Ketika Anda dan dia sudah SALING MEMILIKI dalam sebuah hubungan yang serius, akan ada banyak investasi yang Anda berikan untuk hubungan tersebut. Investasi waktu, tenaga, perasaan, emosi, dan uang. 

Di situlah cinta TUMBUH. Kalimat 'cinta tidak harus memiliki' itu sebuah penghiburan diri belaka bagi orang-orang yang ngarep dan hanya mampu berharap untuk memiliki. Bukan berarti cinta itu HARUS memiliki, tapi cinta ada KARENA memiliki. Mungkin Anda bertanya, "Lalu bagaimana dengan yang putus cinta? Apakah masih ada cinta di antara mereka?" Ya, masih. Karena mereka pernah saling memiliki. Setidaknya, ketika putus cinta, Anda masih memiliki KENANGAN akan cinta. Malah biasanya, orang yang mengalami putus cinta sebenarnya MENCINTAI KENANGAN tersebut, bukan sang mantan. Penting bagi Anda untuk menyadari bahwa Anda hanya bisa mencintai sesuatu yang SUDAH ANDA MILIKI. Dalam konteks romansa, jelas maksudnya adalah Anda dan dia sudah menjadi sepasang kekasih dan MEMILIKI hubungan. Anda tidak perlu membuang-buang terlalu banyak investasi waktu, tenaga, emosi, dan uang untuk seorang wanita yang masih berstatus gebetan. Tidak usah mengatakan cinta pada wanita yang masih gebetan dan belum menjadi kekasih Anda. Karena itu akan sangat membebani Anda dan dirinya. 

Silakan bicara cinta kalau Anda sudah jadian. Bila hubungan itu ibarat pohon, maka pria adalah matahari yang menyinari dan wanita adalah air yang menyirami, dan cinta adalah buah manis yang dihasilkan pohon tersebut. Tiga Fase Romansa Tidak banyak orang yang menyadari bahwa sebenarnya ada TIGA FASE dalam romansa. Setiap fase memiliki aturan, pola, dan cara berinteraksi yang berbeda: PRE-RELATIONSHIP: Fase pendekatan (PDKT). Di fase ini unsur cinta sama sekali tidak memegang peranan karena hubungan antara kedua pihak masih belum terbentuk jelas. Pada fase ini yang ada hanyalah daya tarik fisik, komunikasi sosial, dan saling menjajaki kemungkinan. Terlalu cepat kalau Anda berbicara soal cinta di fase ini, karena segala sesuatunya masih belum pasti. 

Dengan membawa cinta ke dalam fase ini, Anda mengambil resiko yang cukup besar. Analogi bisnisnya, PDKT adalah masa promosi untuk menarik pembeli. Bisa deal, bisa tidak. IN-RELATIONSHIP: Fase hubungan serius/pacaran. Pada fase ini unsur cinta memegang peranan penting. Cara Anda berinteraksi dengan kekasih Anda pun akan berbeda dibanding fase PDKT. Ini adalah fase saling mengenal kepribadian masing-masing secara mendalam, terlebih lagi ditambah dengan konflik-konflik yang akan muncul. Silakan berbicara mengenai cinta, pengorbanan, ketulusan, dan sebagainya, kalau Anda sudah berada di dalam fase ini. Analogi bisnisnya, setelah menjadi pembeli maka baru Anda memberikan pelayanan yang maksimal bagi kostumer Anda. POST-RELATIONSHIP: Fase putus cinta. Bagi Anda yang sudah pernah mengalami fase ini pasti mengerti, bahwa setelah putus cinta masih akan ada begitu banyak konflik yang muncul. Konflik dengan diri sendiri maupun konflik dengan mantan kekasih Anda. Fase ini berfokus pada mengendalikan diri, emosi dan meminimalisir konsekuensi kerusakan yang mungkin terjadi dalam hidup Anda serta mempersiapkan diri untuk mendapatkan cinta kembali dengan kekasih baru. Analogi bisnisnya, bila kostumer Anda tidak lagi berminat membeli produk Anda, maka harus dilakukan evaluasi agar jangan sampai hal tersebut terulang lagi di masa depan. 

 TIGA FASE ROMANSA 
 1.PRE-RELATIONSHIP 
2.IN-RELATIONSHIP: 
3.POST-RELATIONSHIP 

Rahasia Romansa Banyak orang mengalami kegagalan dan kekecewaan karena TIDAK MENYADARI adanya ketiga fase di atas. 
Ini mengakibatkan Anda melakukan hal-hal yang sebenarnya baik, tapi tidak sesuai pada TEPAT dan WAKTUNYA, membuat strategi Anda jadi meleset dan tidak efektif. Contoh: kebanyakan pria biasa menghabiskan banyak uang dan waktu untuk PDKT, padahal dalam tahap pre-relationship sang wanita belum layak untuk menerima segitu banyak investasi dari Anda. Nanti kalau dia sudah menjadi kekasih Anda, maka silakan memanjakannya sesuka Anda, karena toh dia sudah jadi milik Anda. 

Cinta-Abstrak

Posted by : Unknown on : With 0komentar

Menelusuri Pembentukan Tangerang Barat

| Senin, 26 November 2012
Baca selengkapnya »

Pada Tanggal 10 Juli 2010 mendatang, Tangerang bagian barat akan memulai sebuah babak baru perubahan dengan diadakannya rencana rapat koordinasi tim percepatan Tangerang Barat yang kedua. Rencana pemekaran pada daerah Tangerang Barat sendiri sebenarnya telah ada sejak tahun 2007 yang juga bersamaan dengan usulan pemekaran pada daerah Tangerang Selatan yang telah lebih dulu disahkan sebagai Kota Tangerang Selatan pada tanggal 29 Oktober 2008.
Adapun wilayah yang mencakup dalam pemekaran Tangerang Barat terdiri dari 9 kecamatan, yaitu:
1. Balaraja
2. Cisoka
3. Solear
4. Jayanti
5. Sukamulya
6. Gunung Kaler
7. Mekar Baru
8. Kresek
9. Kronjo
Dalam rapat yang berlokasi di Kp. Cengkok-Sentul Rumah Bpk H.Ardiwinata (Alm) tersebut dihadiri pula oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti Suherman Kumis, Durahman, KH. Djasmaryadi, H. Saepul Rizal,Kosasih, Dwi Mulyono, Gilang Sumiarsa, dkk. Sedangkan yang menjadi motor penggeraknya ialah Isbandi sebagai ketua Tim Percepatan Pemekaran Kab. Tangerang Barat atau di singkat TP2TB.
Tujuan diadakan rapat adalah untuk membahas Persiapan Deklarasi Tim Percepatan Tanggal 25 Juli 2010 dan Pematangan Tim. Semoga dengan adanya pembentukan percepatan pemekaran Tangerang Barat ini dapat memberikan hembusan angin dan harapan baru khususnya bagi warga yang berada di wilayah Tangerang Barat.

Menelusuri Pembentukan Tangerang Barat

Posted by : Unknown on :Senin, 26 November 2012 With 0komentar
Tag :

Sejarah Banten Era Kesultanan Banten

|
Baca selengkapnya »

Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten yang berada di jalur perdagangan internasional, berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah menjadi pelabuhan internasional. Dan sebagai konsekuensi logisnya, Islam diyakini telah masuk dan berakulturasi dengan budaya setempat sebagaimana diceritakan dalam berita Tome Pires pada tahun 1513. Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, yang kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Fase sejarah penting menguatnya pengaruh Islam terjadi ketika Bupati Banten menikahkan adiknya, yang beernama Nyai Kawunganten, dengan Syarif Hidayatullah yang kemudian melahirkan dua anak yang diberi nama Ratu Wulung Ayu dan Hasanuddin sebagai cikal bakal dimulainya fase sejarah Banten sebagai Kerajaan Islam (Djajadiningrat, 1983:161). Bersama putranya inilah Sunan Gunung Jati melebarkan pengaruh dalam menyebarluaskan agama Islam ke seluruh tatar Sunda hingga saatnya Sang Wali kembali ke Cirebon . Takluknya Prabu Pucuk Umun di Wahanten Girang (Banten Girang) pada tahun 1525 selanjutnya menjadi tonggak dimulainya era Banten sebagai kerajaan Islam dengan dipindahkannya pusat pemerintahan Banten dari daerah pedalaman ke daerah pesisir pada tanggal 1 Muharam tahun 933 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 (Michrob dan Chudari, 1993:61). Atas pemahaman geo-politik yang mendalam Sunan Gunung Jati menentukan posisi istana, benteng, pasar, dan alun-alun yang harus dibangun di dekat kuala Sungai Banten yang kemudian diberi nama Surosowan. Hanya dalam waktu 26 tahun, Banten menjadi semakin besar dan maju, dan pada tahun 1552 Masehi, Banten yang tadinya hanya sebuah kadipaten diubah menjadi negara bagian Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai raja di Kesultanan Banten dengan gelar Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan (Pudjiastuti,2000:61). Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Jawa, sejajar dengan Malaka. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggirankota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung (Djajadiningrat,1983:84). Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian masyarakat. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda. Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda (Ekadjati (ed.),1984:97). Wujud dari interaksi budaya dan keterbukaan masyarakat Banten tempo dulu dapat dilihat dari berkembangnya perkampungan penduduk yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara seperti Melayu, Ternate, Banjar, Banda, Bugis, Makassar, dan dari jawa sendiri serta berbagai bangsa dari luar Nusantara seperti Pegu (Birma), Siam, Parsi, Arab, Turki, Bengali,dan Cina (Leur, 1960:133-134; Tjiptoatmodjo, 1983:64). Setidaknya inilah fakta sejarah yang turut memberikan kontribusi bagi kebesaran dan kejayaan Banten. Dalam usahanya membangun Banten, Maulana Hasanuddin sebagai Sultan Banten pertama (1522-1570), menitikberatkan pada pengembangan sektor perdagangan dengan lada sebagai komoditas utama yang diambil dari daerah Banten sendiri serta daerah lain di wilayah kekuasaan Banten, yaitu Jayakarta, Lampung, dan terjauh yaitu dari Bengkulu (Tjandrasasmita,1975:323). Perluasan pengaruh juga menjadi perhatian Sultan Hasanuddin melalui pengiriman ekspedisi ke pedalaman dan pelabuhan-pelabuahn lain. Sunda Kalapa sebagai salah satu pelabuhan terbesar berhasil ditaklukkan pada tahun 1527 dan takluknya Sunda Kalapa tersebut ditandai dengan penggantian nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Dengan takluknya Jayakarta, Banten memegang peranan strategis dalam perdagangan lada yang sekaligus menggagalkan usaha Portugis di bawah pimpinan Henrique de Leme dalam usahanya menjalin kerjasama dengan Raja Sunda (Kartodirdjo, 1992:33-34). Pasca wafatnya Maulana Hasanuddin, pemerintahan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf (1570-1580), putra pertamanya dari Ratu Ayu Kirana, putri Sultan Demak. Kemasyhuran Banten makin meluas ketika politik ekspansinya berhasil pula menaklukkan Pakuan Pajajaran yang dibantu oleh Cirebon pada tahun 1579 sehingga Kerajaan Sunda akhirnya benar-benar runtuh (Atha, 1986:151-152,189). Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, sektor pertanian berkembang pesat dan meluas hingga melewati daerah Serang sekarang, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut dibuat terusan irigasi dan bendungan. Danau (buatan) Tasikardi merupakan sumber pemenuhan kebutuhan air bersih bagi penduduk kota , sekaligus sebagai sumber pengairan bagi daerah pesawahan di sekitar kota . Sistem filtrasi air dengan metode pengendapan di Pengindelan Abang dan Pengindelan Putih merupakan bukti majunya teknologi pengelolaan air pada masa tersebut. Pada masa Maulana Yusuf memerintah, perdagangan Banten sudah sangat maju dan Banten bisa dianggap sebagai sebuah kota pelabuhan emporium, tempat barang-barang dagangan dari berbagai penjuru dunia digudangkan dan kemudian didistribusikan (Michrob dan Chudari, 1993:82-83). Tumbuh dan berkembangnya pemukiman-pemukiman pendatang dari mancanegara terjadi pada masa ini. Kampung Pekojan umpamanya untuk para pedagang Arab, Gujarat , Mesir, dan Turki, yang terletak di sebelah barat Pasar Karangantu. Kampung Pecinan untuk para pedagang Cina, yang terletak di sebelah barat Masjid Agung Banten. Masa kejayaan Banten selanjutnya diteruskan oleh Maulana Muhammad pasca mangkatnya Maulana Yusuf pada tahun 1580. Maulana Muhammad dikenal sebagai seorang sultan yang amat saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam ia banyak menulis kitab-kitab agama Islam yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkannya. Kesejahteraan masjid dan kualitas kehidupan keberagamaan sangat mewarnai masa pemerintahannya walaupun tak berlangsung lama karena kematiannya yang tragis dalam perang di Pelembang pada tahun 1596 dalam usia sangat muda, sekitar 25 tahun. Pasca mangkatnya Maulana Muhammad, Banten mengalami masa deklinasi ketika konflik dan perang saudara mewarnai keluarga kerajaan khususnya selama masa perwalian Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia lima bulan ketika ayahandanya wafat. Puncak perang saudara bermuara pada peristiwa Pailir, dan setelahnya Banten mulai kembali menata diri. Dengan berakhirnya masa perwalian Sultan Muda pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mufakir Mahmud Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten (1596-1651). Sultan yang baru ini dikenal sebagai orang yang arif bijaksana dan banyak memperhatikan kepentingan rakyatnya. Bidang pertanian, pelayaran, dan kesehatan rakyat mendapat perhatian utama dari Sultan Banten ini. Ia berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, terutama dengan negara-negara Islam. Dialah penguasa Banten pertama yang mendapat gelar Sultan dari penguasa Arab di Mekah (1636). Sultan Abdul Mufakhir bersikap tegas terhadap siapa pun yang mau memaksakan kehendaknya kepada Banten. Misalnya ia menolak mentah-mentah kemauan VOC yang hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten (Ekadjati (ed.), 1984:97-98). Dan akibat kebijakannya ini praktis masa pemerintahannya diwarnai oleh ketegangan hingga blokade perdagangan oleh VOC terhadap Banten. Konflik antara Banten dengan Belanda semakin tajam ketika VOC memperoleh tempat kedudukan di Batavia . Persaingan dagang dengan Banten tak pernah berkesudahan. VOC mengadakan siasat blokade terhadap pelabuhan niaga Banten, melarang dan mencegah jung-jung dari Cina dan perahu-perahu dari Maluku yang akan berdagang ke pelabuhan Banten yang membuat pelabuhan Banten hampir lumpuh. Perlawanan sengit orang Banten terhadap VOC pecah pada bulan November 1633 dengan mengadakan gerilya di laut sebagai perompak dan di daratan sebagai perampok sehingga memprovokasi VOC untuk melakukan ekspedisi ke Tanam, Anyer, dan Lampung. Kota Banten sendiri berkali-kali diblokade. Situasi perang terus berlangsung selama enam tahun, dan ketegangan masih terus terjadi hingga wafatnya Sultan Abul Mufakhir pada tahun 1651 dan digantikan oleh Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Maali Ahmad atau Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan Abufath Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672). Sultan Ageng Tirtayasa yang ahli strategi perang berhasil membina mental para prajurit Banten dengan cara mendatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, Makassar, dan daerah lainnya. Perhatiannya yang besar pada perkembangan pendidikan agama Islam juga mendorong pesatnya kemajuan Agama Islam selama pemerintahannya. Pelabuhan Banten yang semula diblokade VOC perlahan namun pasti mulai pulih ketika Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis yang notabene merupakan pesaing berat VOC. Strategi ini bukan hanya berhasil memulihkan perdagangan Banten namun sekaligus memecah konflik politik menjadi persaingan perdagangan antar bangsa-bangsa Eropa. Selain mengembangkan perdagangan, Sultan Ageng Tirtayasa gigih berupaya juga untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan ke wilayah Priangan, Cirebon, dan sekitar Batavia guna mencegah perluasan wilayah kekuasaan Mataram yang telah masuk sejak awal abad ke-17. Selain itu, juga untuk mencegah pemaksaan monopoli perdagangan VOC yang tujuan akhirnya adalah penguasaan secara politik terhadap Banten (Kartodirdjo, 1988:113-115,150-154,204-209). VOC yang mulai terancam oleh pengaruh Sultan Ageng Tirtayasa yang makin luas pada tahun 1655 mengusulkan kepada Sultan Banten agar melakukan pembaruan perjanjian yang sudah hampir 10 tahun dibuat oleh kakeknya pada tahun 1645. Akan tetapi, Sultan dengan tegas bersikap tidak merasa pelu memperbaruinya selama pihak Kompeni ingin menang sendiri. Meskipun disibukkan dengan urusan konflik dengan VOC, Sultan tetap melakukan upaya-upaya pembangunan dengan membuat saluran air untuk kepentingan irigasi sekaligus memudahkan transportasi dalam peperangan. Upaya itu berarti pula meningkatkan produksi pertanian yang erat hubungannya dengan kesejahteraan rakyat serta untuk kepentingan logistik jika mengadapi peperangan. Karena Sultan banyak mengusahakan pengairan dengan melaksanakan penggalian saluran-saluran menghubungkan sungai-sungai yang membentang sepanjang pesisir utara, maka atas jasa-jasanya ia digelari Sultan Ageng Tirtayasa (Tjandrasasmita, 1995:116). Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan Banten makin ramai dikunjungi para pedaganga asing dari Persia, India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Malayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat, dengan Inggris, Prancis, Denmark, dan Turki. Sultan Ageng Tirtayasa telah membawa Banten ke puncak kejayaannya, di samping berhasil memajukan pertanian dengan sistem irigasi ia pun berhasil menyusun kekuatan angkatan perangnya yang sangat disegani, memperluas hubungan diplomatik, dan meningkatkan volume perniagaan Banten sehingga Banten menempatkan diri secara aktif dalam dunia perdagangan internasional di Asia (Ekadjati (ed.), 1984:98). Puncak konflik antara Banten dengan VOC terjadi setelah Perjanjian Amangurat II dengan VOC membawa pengaruh politik yang besar terhadap Kesultanan Banten, dan setelah pemberontakan Trunojoyo dapat dipadamkan, akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa harus berhadapan dengan VOC (Wangania, 1995:44). Pada saat yang bersamaan Kesultanan Banten mengalami perpecahan dari dalam. Putra mahkota, Sultan Abu Nasr Abdul Kahar, yang dikenal dengan Sultan Haji diangkat jadi pembantu ayahnya mengurus urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipegang oleh Sultan Purbaya.Pemisahan urusan pemerintahan ini dimanfaatkan VOC untuk mendekati dan menghasut Sultan Haji guna melawan ayahandanya. Dengan bantuan pasukan VOC, pada tahun 1681 Sultan Haji melakukan kudeta kepada ayahnya dan berhasil menguasai istana Surasowan yang kemudian berada di bawah antara ayah dan anak setahun lamanya hingga Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap akibat pengkhianatan putranya sendiri, Sultan Haji. Sultan Ageng Tirtayasa dipenjarakan di Batavia sampai ia meninggal tahun 1692 dan kemudian dimakamkan di Kompleks Mesjid Agung Banten (Ekadjati, 1995:101-102; Ensiklopedi Sunda, 2000:661; Wangania, 1995:45). Dengan ditandatanganinya perjanjian pada tanggal 17 April 1684 antara Kesultanan Banten yang diwakili oleh Sultan Abdul Kahar, Pangeran Dipaningrat, Kiai Suko Tajuddin, Pangeran Natanagara, dan Pangeran Natawijaya, dengan Belanda yang diwakili oleh Komandan dan Presiden Komisi Francois Tack, Kapten Herman Dirkse Wonderpoel, Evenhart van der Schuer, serta kapten bangsa melayu Wan Abdul Bagus, maka lenyaplah kejayaan dan kemajuan Kesultanan Banten, karena ditelan monopoli dan penjajahan Kompeni, akibat perjanjian ini Kesultanan Banten diambang keruntuhan. Selangkah demi selangkah Kompeni mulai menguasai Kesultanan Banten. Benteng Kompeni mulai didirikan pada tahun 1684-1685 di bekas benteng kesultanan yang dihancurkan, dan benteng ini dirancang oleh seorang arsitektur yang sudah masuk Islam dan menjadi anggota kesultanan yang bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel. Benteng yang didirikan itu diberi nama Speelwijk, untuk memperingati kepada Gubernur Jenderal Speelma. Dengan demikian, praktis Banten sebagai pusat kekuasaan dan kesultanan telah pudar. Demikian pula peran Banten sebagai pusat perniagaan antarbangsa telah tertutup. Tidak ada lagi kebebasan melaksanakan perdagangan (Tjandrasasmita, 1995:118) Penderitaan rakyat semakin berat bukan saja karena pembersihan atas pengikut Sultan Ageng Tirtayasa serta pajak yang tinggi, selain karena sultan harus membayar biaya perang, juga karena monopoli perdagangan Kompeni. Rakyat dipaksa untuk menjual hasil pertaniannya, terutama lada dan cengkeh, kepada Kompeni melalui pegawai kesultanan yang ditunjuk, dengan harga yang sangat rendah. Raja seolah-olah hanya sebagai pegawai Kompeni dalam hal pengumpulan lada dari rakyat. Pedagang-pedagang Inggris, Francis, dan Denmark, karena banyak membantu Sultan Ageng Tirtayasa dalam perang yang lalu, diusir dari Banten. Kerusuhan demi kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang bergejolak selama pemerintahan Sultan Haji. Perampokan dan pembunuhan terhadap para pedagang dan patroli Kompeni, baik di luar kota maupun di dalam kota, kerap terjadi dimana-mana. Bahkan pernah terjadi pembakaran yang mengabiskan 2/3 bangunan di dalam kota. Ketidakamanan pun terjadi di lautan, banyak kapal Kompeni yang dibajak oleh bajak negara yang bersembunyi di sekitar perairan Bojonegara sekarang. Sebagian besar rakyat tidak mengakui Sultan Haji sebagai Sultan. Oleh sebab itu, kehidupan Sultan Haji selalu berada dalam kegelisahan dan ketakutan. Bagaimanapun penyesalannya terhadap perlakuan buruknya terhadap ayah, saudara, sahabat, dan prajurit-prajuritnya yang setia selalu ada. Akan tetapi, semuanya sudah terlanjur. Kompeni yang dulu dianggap sebagai sahabat dan pelindungnya, akhirnya menjadi tuan yang harus dituruti segala kehendaknya. Karena tekanan-tekanan itu, akhirnya Sultan Haji jatuh sakit hingga meninggal dunia pada tahun 1687. Jenazahnya dimakamkan di pemakamam Sedakingkin sebelah utara Mesjid Agung Banten, sejajar dengan makam ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa (Ismail, 1983:7; Tjandrasasmita, 1967:46; Michrob dan Chudari, 1993:164). Pasca peristiwa tersebut, Banten memasuki fase sejarah sebagai bagian dari daerah koloni Belanda. Dan perlawanan-perlawanan sporadis menjadi warna yang kental pada masa pemerintahan berikutnya yang praktis tak berdaulat sebagai sebuah negara sebagaimana pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah berhasil membangun negara modern yang berdaulat. Sunber:http://www.bantenprov.go.id/index.php

Sejarah Banten Era Kesultanan Banten

Posted by : Unknown on : With 0komentar
Tag :
Next Prev
▲Top▲