Latest Post

Tips Merawat Wajah Secara Alami

| Rabu, 21 Maret 2012
Baca selengkapnya »
Akhirnya kembali lagi untuk bersemangat ngeblog. Setelah beberapa minggu tidak bisa mengolah kata karena masalah waktu, kali ini saya hadir langsung memberikan tips kecil tapi menurut saya sangat penting apalagi untuk kaum hawa. Kali ini, Tips Merawat Wajah Secara Alami.

Yah … bagi beberapa orang, wajah sangatlah sensitif untuk penampilan apalagi bagi kaum hawa yg demen ama perawatan wajah. Tips merawat wajah secara alami ini menggunakan bahan alami yakni buah – buahan. Tidak jauh deh dari kehidupan sehari – hari buah yg kalian makan, ternyata berkhasiat sekali dibandingkan menggunakan bahan produk yang menggunakan bahan kimia.



Bagi para kaum adam bisa juga menggunakan tips ini, tapi biasanya jarang ada cowok yang mau dibandingkan cewek. Seperti saya ini … hehehe … agak malas krn agak ribet. Tapi untuk para cewek2 … jgnlah stop disini bacanya, di lanjutin aja yah baca tipsnya …

Faedah bila menggunakan Masker di wajah menggunakan bahan alami :

Wajah akan terlihat lebih segar, kencang dan lembut.
Dengan bahan yang alami, efek samping yang dihasilkan seperti iritasi hampir tidak ada kecuali ada beberapa jenis kulit yang sangat sensitif.
Dengaan penggunaan masker, mampu mengangkat pori – pori yang tersumbat oleh kotoran maupun debu serta komestik di wajah.
Buah – buahan merupakan bahan alami yang digunakan sebagai masker wajah seperti anggur, pisang, lemon, strawbery, tomat,almond dan alpukat.

Kelebihan dari masker ini :

Bahan yg mudah dicari, maka masker ini bisa di buat sendiri dirumah.
Dapat menentukan sendiri jenis buah yang hendak di pake sebagai masker.
Ga tanggung2 … saya kasih tips juga ney untuk pembuatan masker Alami :

Tumbuklah buah yang hendak dipake
Tambahkan yogurt bilamana terlalu kental
Tambah buahnya bilamana terlalu encer
Jangan sampai kena mata deh ketika mengoles dibagian wajah dan leher.
Serta pemakaian masker wajah adalah sekali dalam seminggu.

Tips Merawat Wajah Secara Alami

Posted by : Unknown on :Rabu, 21 Maret 2012 With 0komentar
Tag :

JADILAH PELITA SANG PENERANG

| Jumat, 02 Maret 2012
Baca selengkapnya »

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.

Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”

Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”

Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.

Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”

Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.

Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”

Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”

Si buta tertegun..

Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”

Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.

Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”

Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”

Senyap sejenak.

secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”

Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.

Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.

Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

JADILAH PELITA SANG PENERANG

Posted by : Unknown on :Jumat, 02 Maret 2012 With 0komentar
Next Prev
▲Top▲