Latest Post

Harapan akan ada guru yang kreatif dan inovatif

| Jumat, 30 Desember 2011
Baca selengkapnya »

Sering dijumpai kekhawatiran guru dalam proses pembelajaran siswa bahwa untuk mencapai kompetensi standar dan kompetensi dasar serta indikator yang ditetapkan guru (KTSP) diperlukan ketersediaan alat dan media belajar siswa yang cukup bahkan yang ideal disamping ketrampilan guru dalam memilih startegi dan sumber belajar siswa yang sesuai indikator kompetensi.

Siapa yang paling bertanggungjawab untuk menyediakan alat dan media serta sumber belajar siswa dalam pembelajaran di kelas, di SMP, SMA maupun di SMK? Jawaban rasional adalah guru itu sendiri karena guru yang menetapkan indikator kompetensi kurikulum, merencanakan, melaksanakan pembelajaran serta menilai hasil belajar siswa bahkan menindaklanjuti hasil belajar siswa baik dengan remidial atau richment progam.
Alat, media dan sumber belajar siswa yang sesuai dan yang mendukung ketercapaian indikator KTSP memang sangat diperlukan dalam proses belajar siswa. Jika dihitung jumlah indikator KTSP pada setiap sekolah maka untuk satu mata pelajaran pada tingkat kelas tertentu dalam 1 semester minimal ada 3 indikator X 6 kompetensi = 18 indikator. Jumlah mata pelajaran pokok dan mata pelajaran muatan lokal KTSP minimal ada 15, berarti jumlah indikator dalam 1 semester ada minimal 18 X 15 = 270. Jika dihitung untuk 3 tingkat kelas (I, II dan III) dalam 1 semester = 3 X 270 = 810 indikator, maka untuk 1 tahun ajaran jumlah indikator masing-masing sekolah ada 2 X 810 = 1.620 indikator KTSP. Kurikulum KTSP di SMP, SMA dan SMK masing-masing mempunyai 1.620 indikator KTSP yang memuanya memerlukan alat, media dan sumber belajar yang berbeda dalam proses belajar siswa.
Kompetensi sosial guru sangat diharapkan dapat memenuhi semua alat, media dan sumber belajar siswa yang dibutuhkan dalam proses belajar siswa. Guru melakukan networking dengan intern dan ekstern sekolah dengan mengharapkan komitmen dan prioritas program manajemen sekolah untuk menyediakan alat, media dan sumber belajar siswa dalam proses belajar siswa yang sedang dimanage guru di dalam kelas. Akses guru netwoking ke ekstern sekolah kiranya perlu dipertimbangkan lebih mendalam karena akan berakibat adanya tambahan pembiayaan dari unsur ekstern sekolah.
Solusinya adalah kreativitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran siswa selalu diharapkan agar tingkat ketercapaian kompetensi KTSP tetap terjaga dan dapat diwujudkan dalam batas waktu yang ideal. Kekawatiran guru akan berkurang secara perlahan apabila guru dapat menemukan dan mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam proses pembelajaran siswa.
Berikut beberapa pembiasaan guru kiranya dapat dijadikan bahan renungan untuk mengimprov kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas:
  1. Mengaplikasi pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, siswa bisa diajak ke luar kelas dengan tujuan memaksimalkan lingkungan sekolah sebagai alat, media dan sumber belajar yang sesuai.
  2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan potensi sekolah yang ada, terutama sekolah yang siswanya banyak berasal dari lapisan masyarakat margin proses pembelajarannya disetting yang kreatif inovavatif mampu beradaptasi berbagai macam situasi.
  3. Mendisain pembelajaran oleh “guru kreator” yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas dan inovasi pembelajaran dengan analisis dan evaluasi untuk penyempurnaan disain beikutnya.
  4. Hindari ketegangan semua pelaku proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa diharapkan mampu memnghindari ketegangan sebaliknya nikmati situasi dan kondisi pembelajaran menuju tercapainya kompetensi siswa sesuai KTSP.
  5. Biasakan selalu mengamati lingkungan sekolah sehingga dapat menemukan area yang dapat dijadikan alat, media dan sumber belajar siswa.
  6. Mengimprovisasi daya kreatif dan inovsi dengan sedikit humor sehat dan seperlunya saja untuk mempertahankan dan mengembangkan semangat inovasinya. 7. Keluar dari dunia sempit menuju dunia luas dengan banyak baca buku bidang seni dan teknologi dapat menambah daya peka berfikir efektif dan efisien.
Sumber: http://whandi.net/2009/07/e-dukasi/mengharapkan-guru-yang-kreatif-dan-inovatif-dalam-pembelajaran.html

5 cara menjadi guru yang kreatif

Bagaimana cara menjadi guru kreatif? wah ini baru pertanyaan yang seru. Dikarenakan sejak blog ini dibuat tidak ada satu artikel pun yang mengarah langsung kesana. Hal yang saya lakukan adalah banyak-banyak menulis artikel tentang metode pembelajaran tanpa memberi cap pembelajaran kreatif.

Tetapi membaca pertanyaan pak Agus Suyono di atas seperti menyadarkan saya bahwa menjadi guru kreatif bukannya sekedar membuat anak senang dan enjoy oleh permainan (games) yang seru, segar dan lucu selama pembelajaran berlangsung. Tapi juga selayaknya guru mencari metode pembelajaran yang bermakna dan membuat anak bisa semakin mengerti apa yang guru ajarkan dikelas
Dalam artikel ini akan saya tuliskan, kondisi apa saja yang membuat guru bisa menjadi kreatif bahkan tanpa harus menggunakan metode pembelajaran yang terbaru. Sumber saya dapatkan dari www.edutopia.com
Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual
Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalam menciptakan kelas yang memberik keamanan secara emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang percaya diri mereka perlu mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak mendukung kenyamanan secara emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk mau bertanya dan berpendapat.
Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain ‘Tidak boleh merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain’ Jangan lupa anda juga memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menhargai untuk setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini terjadi dikelas anda dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu didalamnya salaing mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam berpengetahuan.
Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan rapih dan terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan intruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan demikian siswa bisa mengekpresikan kemampuannya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan.
Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.
Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita mengajar dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini “Jika saya adalah murid saya sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya? “
Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh alias 100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran.
Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang aktif. Namun membutuhkan latihan dan latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih cepat apabila kita mau jujur bertanya pada diri sendiri “Seberapa besar siswa aktif atau terlibat penuh dalam pembelajaran yang saya lakukan?”.
5 menit terakhir yang menentukan
Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau berefleksi mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran.
Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa yang kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog dengan dirinya sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya.
Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul.
Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya.
Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita. Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.
Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang kemungkinandalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini punya tiga alternative, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?
Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.
Saat membelajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkedang kita sudah membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak sadar. Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita berikan kepada siswa di kertas soal.
Dengan demikian sebagai guru kita menjadi tahu saat siswa menjawab soal dengan salah tapi dengan keyakinan (for sure) atau menjawab soal dengan benar tapi dengan tidak yakin (confused). Menarik bukan ?

guru-kreatif
Biarkan siswa memberi tanda silang (X) pada tempat dimana dia merasa cocok.

Credit: Courtesy of Tristan de Frondeville

Sumber dari http://gurukreatif.wordpress.com/2009/03/31/5-cara-menjadi-guru-yang-kreatif/

Harapan akan ada guru yang kreatif dan inovatif

Posted by : Unknown on :Jumat, 30 Desember 2011 With 0komentar
Tag :

7 Sifat yang pemimpin yang baik di sekolah

|
Baca selengkapnya »

istilah pemimpin dalam bidang pendidikan atau educational leadership mengacu pada pemimpin di sekolah yang berusaha memadukan tiga kepentingan yang utama di sekolah. Kepentingan tersebut adalah kepentingan guru, kepentingan siswa dan kepentingan orang tua. Dimasa sekarang sekolah menghadapi tantangan yang sangat berat dikarenakan sekolah diharapkan bisa menjadi jawaban dari berubahnya jaman dan banyaknya sumber pengetahuan diluar sekolah. Seth Godin seorang ahli perubahan dan kepemimpinan menyarankan 7 sifat yang membuat pemimpin mampu menghadapi tantangan di abad 21, saya akan coba mencari hubungan dengan dunia pendidikan.

  1. Challenge – Tantangan. Pemimpin yang baik memberi tantangan kepada komunitas sekolahnya. Tantangan disini tidak selalu dalam pengertian prestasi yang terukur, lulus UAN 100 persen misalnya. Walaupun hal tersebut juga bukan hal yang jelek tetapi mengapa tidak dicoba hal-hal lain. Sekolah bebas bullying, sekolah yang melek TIK atau mengefektifkan pembelajaran di kelas dengan perencanaan yang matang misalnya . Banyak hal yang bisa dijadikan tantangan, dan hanya pemimpin sekolah yang baik yang bisa membuat tantangan menjadi kenyataan. Terkadang terlalu tinggi menggantung standar juga akan berakibat tidak baik, hitunglah sumber daya dan keunggulan apa yang sekolah punyai. Baru kemudian tantangan atau target bisa dimulai dari sana. Ingat sukses yang besar dimulai dari sukses yang kecil-kecil
  2. Culture – Budaya. Pemimpin yang baik secara sadar menciptakan budaya. Budaya tepat waktu, bisa dimulai dari hal yang kecil, tidak terlambat saat memulai rapat, atau masuk sekolah. Budaya menghormati orang lain bisa dimulai dengan mematikan HP saat rapat sedang berlangsung dan tidak berbicara satu sama lain saat ada orang yang berbicara didepan podium. Hal-hal yang sederhana namun diterapkan secara terus menerus bisa dengan mudah menjadi budaya positip di sekolah. Jangan lupa memberi selamat atau reward kepada guru atau siswa yang mempraktekan kebiasaan yang baik.
  3. Curiosity – Ingin tahu. Pemimpin sekolah yang baik selalu ingin tahu. Selalu bertanya untuk segala kemungkinan yang terbaik. Jika ada guru atau siswa mengeluhkan mnegenai sesuatu hal, ia akan mengajarkan atau memberi contoh untuk mencari tahu apa yang mungkin bisa dilakukan sekaligus bersama-sama mencari jalan keluar. Memang sudah menjadi tugas pemimpin untuk menangani keluhan dari semua pihak, guru, siswa dan orang tua. Namun pemimpin yang baik bisa mendengarkan, memberi masukan sekaligus menyelesaikan dengan bijaksana.
  4. Charisma - Berkarisma. Karisma bukan hal yang wajib bagi pemimpin. Orang seperti Soekarno memang berkarisma, buat kita yang orang biasa, berharap mempunyai karisma seperti beliau nampaknya hanya mimpi. Semua pemimpin sebenarnya dengan gampang bisa mempunyai karisma, tergantung caranya memimpin.
  5. Communicate – Berkomunikasi. Pemimpin yang baik berbicara ‘dengan’ kita bukan berbicara’kepada’ kita. Merupakan sebuah hal yang berbeda bukan? Kedua istilah tersebut kelihatan sederhana. Namun terasa sekali bedanya. Ketika seorang pemimpinyang baik berbicara dengan staf, guru atau orang tua saat yang sama pemimpin menjadi pendengar yang baik, mau mengerti dan menempatkan harga diri rasa kepercayaan serta itikad baik terhadap orang lain diatas segalanya.
  6. Connect – Terhubung. Pemimpin disekolah yang baik selalu terkoneksi dengan semua orang. Dengan cepat orang lain bisa tahu apa yang sedang dikerjakan olehnya. Caranya bisa bermacam-macam dari berbicara didepan rapat mengenai apa yang dilakukannya, menulis di bulletin sekolah sampai menulis blog di internet. Tidak usah dengan artikel yang panjang dengan dot points saja sudah cukup untuk memberi kabar pada semua orang yang terlibat dengan pekerjaannya sebagai pemimpin.
  7. Commit – komitmen. Pemimpin yang baik menaruh komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan dan perasaan orang-orang disekitarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang, tapi pemimpin yang baik tahu apa masalah mandasar yang semua orang inginkan dan rasakan. Juga tidak melulu masalah penggajian. Sebab kadang persoalan gaji di sekolah swasta tergantung dengan kemampuan sekolah dan banyak nya siswa. Masih banyak cara mensejahterakan bawahan, persoalannya pemimpin yang baik tahu cara mencari benefit atau keuntungan lain yang bisa didapat oleh bawahannya dengan bekerja di sekolah yang ia pimpin.

Sering dijumpai kekhawatiran guru dalam proses pembelajaran siswa bahwa untuk mencapai kompetensi standar dan kompetensi dasar serta indikator yang ditetapkan guru (KTSP) diperlukan ketersediaan alat dan media belajar siswa yang cukup bahkan yang ideal disamping ketrampilan guru dalam memilih startegi dan sumber belajar siswa yang sesuai indikator kompetensi.

Siapa yang paling bertanggungjawab untuk menyediakan alat dan media serta sumber belajar siswa dalam pembelajaran di kelas, di SMP, SMA maupun di SMK? Jawaban rasional adalah guru itu sendiri karena guru yang menetapkan indikator kompetensi kurikulum, merencanakan, melaksanakan pembelajaran serta menilai hasil belajar siswa bahkan menindaklanjuti hasil belajar siswa baik dengan remidial atau richment progam.
Alat, media dan sumber belajar siswa yang sesuai dan yang mendukung ketercapaian indikator KTSP memang sangat diperlukan dalam proses belajar siswa. Jika dihitung jumlah indikator KTSP pada setiap sekolah maka untuk satu mata pelajaran pada tingkat kelas tertentu dalam 1 semester minimal ada 3 indikator X 6 kompetensi = 18 indikator. Jumlah mata pelajaran pokok dan mata pelajaran muatan lokal KTSP minimal ada 15, berarti jumlah indikator dalam 1 semester ada minimal 18 X 15 = 270. Jika dihitung untuk 3 tingkat kelas (I, II dan III) dalam 1 semester = 3 X 270 = 810 indikator, maka untuk 1 tahun ajaran jumlah indikator masing-masing sekolah ada 2 X 810 = 1.620 indikator KTSP. Kurikulum KTSP di SMP, SMA dan SMK masing-masing mempunyai 1.620 indikator KTSP yang memuanya memerlukan alat, media dan sumber belajar yang berbeda dalam proses belajar siswa.
Kompetensi sosial guru sangat diharapkan dapat memenuhi semua alat, media dan sumber belajar siswa yang dibutuhkan dalam proses belajar siswa. Guru melakukan networking dengan intern dan ekstern sekolah dengan mengharapkan komitmen dan prioritas program manajemen sekolah untuk menyediakan alat, media dan sumber belajar siswa dalam proses belajar siswa yang sedang dimanage guru di dalam kelas. Akses guru netwoking ke ekstern sekolah kiranya perlu dipertimbangkan lebih mendalam karena akan berakibat adanya tambahan pembiayaan dari unsur ekstern sekolah.
Solusinya adalah kreativitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran siswa selalu diharapkan agar tingkat ketercapaian kompetensi KTSP tetap terjaga dan dapat diwujudkan dalam batas waktu yang ideal. Kekawatiran guru akan berkurang secara perlahan apabila guru dapat menemukan dan mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam proses pembelajaran siswa.
Berikut beberapa pembiasaan guru kiranya dapat dijadikan bahan renungan untuk mengimprov kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas:
  1. Mengaplikasi pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, siswa bisa diajak ke luar kelas dengan tujuan memaksimalkan lingkungan sekolah sebagai alat, media dan sumber belajar yang sesuai.
  2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan potensi sekolah yang ada, terutama sekolah yang siswanya banyak berasal dari lapisan masyarakat margin proses pembelajarannya disetting yang kreatif inovavatif mampu beradaptasi berbagai macam situasi.
  3. Mendisain pembelajaran oleh “guru kreator” yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas dan inovasi pembelajaran dengan analisis dan evaluasi untuk penyempurnaan disain beikutnya.
  4. Hindari ketegangan semua pelaku proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa diharapkan mampu memnghindari ketegangan sebaliknya nikmati situasi dan kondisi pembelajaran menuju tercapainya kompetensi siswa sesuai KTSP.
  5. Biasakan selalu mengamati lingkungan sekolah sehingga dapat menemukan area yang dapat dijadikan alat, media dan sumber belajar siswa.
  6. Mengimprovisasi daya kreatif dan inovsi dengan sedikit humor sehat dan seperlunya saja untuk mempertahankan dan mengembangkan semangat inovasinya. 7. Keluar dari dunia sempit menuju dunia luas dengan banyak baca buku bidang seni dan teknologi dapat menambah daya peka berfikir efektif dan efisien.
Sumber: http://whandi.net/2009/07/e-dukasi/mengharapkan-guru-yang-kreatif-dan-inovatif-dalam-pembelajaran.html

7 Sifat yang pemimpin yang baik di sekolah

Posted by : Unknown on : With 0komentar
Tag :

Kata kerja sehari-hari 8 : Tsulatsy Mujarrab Bab 5 dan 6

| Kamis, 29 Desember 2011
Baca selengkapnya »
ni adalah contoh-contoh fi’il yang masuk ke wazan bab 5 yaitu فَعَُلَ – يَفْعُلُdan bab 6 yaitu فَعَِلَ – يَفْعِلُ yang diambil dari buku belajar tashrif sistem 20 jam oleh A. Zakaria. Berarti, ini adalah seri terakhir dari rangkaian contoh fi’il-fi’il tsulatsy mujarrad yang terdiri dari 6 bab. sebelum membaca tulisan ini, sebaiknya antum lebih dulu membaca tutorial ilmu sharaf yang telah kami buat dan dapat didownload di www.arabic.web.id.. Semoga bermanfaat! Jaahidu!!

Kata kerja sehari-hari 8 : Tsulatsy Mujarrab Bab 5 dan 6

Posted by : Unknown on :Kamis, 29 Desember 2011 With 0komentar
Tag :

Mengapa Kita harus belajar bahasa Arab?

|
Baca selengkapnya »
Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan secara luas di planet ini. Bahasa Arab merupakan bahasa utama dari 22 negara, digunakan oleh lebih dari 250 juta orang. Bahasa ini juga merupakan bahasa kedua pada negara-negara Islam karena dianggap sebagai bahasa spiritual Islam - salah satu agama-agama besar dunia (kita membicarakan tentang lebih dari 1 miliar orang!). Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tetap di organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Alasan lain yaitu bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua yang hidup di dunia, dan merupakan bahasa asli dari banyak bahasa, bahkan ada teori yang menyatakan bahwa "bahasa Arab merupakan asal dari bahasa-bahasa" dan mereka yang mengadopsi teori ini berlandaskan pada kenyataan bahwa orang Arab dapat melafalkan suara apapun dalam bahasa manapun di dunia dengan mudah, di lain pihak banyak orang-orang bukan-Arab yang kesulitan mengucapkan beberapa huruf Arab yang tidak terdapat dalam bahasa asli mereka (contohnya huruf dhad tidak digunakan dalam bahasa manapun di dunia, dan bahasa Arab sering disebut sebagai bahasa dhad).

Mengapa Kita harus belajar bahasa Arab?

Posted by : Unknown on : With 0komentar
Tag :

Guru yang mengajar dengan kreatif

|
Baca selengkapnya »
Pada saat kreativitas menjadi suatu istilah yang populer bagi para guru, konsep pembaharuan dan penyegaran yang disampaikan selalu menjadi dasar dari pengajaran yang baik. Kreativitas harus menjadi pengalaman yang hidup dari seorang guru yang hidupnya telah dijamah Juruselamat dan diarahkan oleh Roh Kudus. Jika denyut kehidupan menembus pikiran kita, maka efek dari kreativitas harus terlihat pada saat mempersiapkan dan menyampaikan pelajaran.
DEFINISI MENGAJAR YANG KREATIF
Meresponi Tantangan
Ada banyak tantangan dalam berbagai kenyataan hidup yang sama besarnya dengan mengajar di kelas. Tantangan ini kemudian diperluas ke dalam konteks pengajaran Kristen. Tujuan penginjilan, pertumbuhan orang Kristen, pelatihan pelayanan, dan perilaku yang serupa dengan Kristus secara terus-menerus membutuhkan pendekatan dan respon yang segar. Suatu respon kreatif terhadap tantangan bisa berupa rencana prosedur yang baru, cara baru untuk menarik minat setiap murid, pengorganisasian masalah yang lebih baik, atau metode pengajaran yang lebih bervariasi.
Terus Mengembangkan Ide-ide
Kreativitas mungkin didefinisikan sebagai suatu kualitas dimana guru harus mengembangkan ide-ide yang baru dan imajinatif dalam mengajar. Sebenarnya, ide-ide yang diucapkan atau divisualisasikan dalam kegiatan di kelas dapat menjadi sedinamis dan sepenting ide-ide yang dihasilkan oleh para seniman atau musisi. Guru yang memberikan pandangan dan pendekatan baru pada suasana belajar mengajar adalah seorang seniman yang sesungguhnya.
Kegunaan Imajinasi
Imajinasi biasanya diasosiasikan dengan kegiatan bercerita dalam pendidikan Kristen. Namun, imajinasi yang didedikasikan mendapat tempat di semua aspek pengajaran. Misalnya, guru yang di kelas junior dapat memvisualisasikan singa dalam cerita Daniel atau forum Roma dalam diskusi untuk kelas remaja akan menambah suatu dimensi yang kreatif dalam cara mengajarnya. Dengan melihat tulisan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi pada saat ia dipenjara di Roma, kita mendapat prospektif baru untuk mempelajari kitab tersebut. Berdasarkan fakta-fakta yang alkitabiah, imajinasi memberi daya tarik dan kehidupan dalam pelajaran-pelajaran yang alkitabiah.
Mungkin, ada beberapa orang yang merasa bahwa penggunaan imajinasi tergantung pada kemampuan mereka. Namun, ada dorongan yang kuat pada kemungkinan mengembangkan kekreativitasan imajinasi. Dr. Ralph J. Hallman menyatakan:
"...kreativitas dapat diajarkan. Kreativitas dapat diajarkan karena proses untuk menjadi kreatif adalah proses mengembangkan seseorang untuk menjadi suatu pribadi. Ini adalah proses yang tidak terikat rantai kebiasaan, rutinitas, dan tekanan. Proses ini adalah proses membentuk lingkungan seseorang, atau secara produktif menghubungkan seseorang dengan orang lain; ini adalah proses mengidentifikasi seseorang dan mendefinisikan keberadaan seseorang itu sendiri. Ini adalah pusat masalah kekreativitasan dan juga pendidikan."
PENERAPAN KREATIVITAS
Kreativitas tetap menjadi suatu konsep yang abstrak jika tidak diterapkan dalam prosedur di kelas. Berikut ini saran-saran dari prinsip-prinsip penerapan.
Kreatif dalam Metode
Kreativitas dalam metode dapat diterapkan dalam berbagai hal namun semuanya itu berarti keanekaragaman. Guru yang kreatif akan membiarkan dirinya menjadi mirip dengan metode pengajarannya. Metode yang digunakannya akan bervariasi. Ia akan menggabungkan metode- metode yang ada. Ia akan mengenalkan cara-cara berkomunikasi yang sebelumnya belum pernah digunakan dan ia akan mencarinya dengan membaca, bertemu dengan orang lain, dan melakukan percobaan agar cara mengajarnya tetap segar dan hidup.
Kreatif dalam Fasilitas Ruangan
Tampilan fisik ruang kelas memberikan kesempatan untuk berkreativitas. Contohnya, penggunaan lingkaran, setengah lingkaran, kelompok kecil, atau mungkin menyingkirkan seluruh meja dan kursi di beberapa kelompok anak mungkin bisa memberikan suatu sentuhan kreativitas terhadap setting ruang kelas tersebut. Ini mungkin dapat mengubah perilaku anak di dalam kelas pada saat mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan penggunaan gambar-gambar, majalah dinding, dan cat-cat yang berwarna segar yang juga memberikan kesempatan berkreasi yang potensial.
Kreatif dalam Memberikan Tugas
Banyak orang yang akan memperdebatkan tentang keuntungan memberi tugas kepada murid untuk menyiapkan pelajaran melalui beberapa jenis cara belajar di luar sekolah. Namun, ada masalah yang sangat penting tentang bagaimana belajar di luar sekolah itu dapat dimotivasikan dalam pengajaran di gereja. Ada tantangan untuk guru yang kreatif. Ia tidak puas dengan "membaca bab dalam buku", tetapi ia akan mencoba untuk membangun motivasi dan keinginan dari dalam.
KUALITAS GURU YANG KREATIF
Setiap orang tidak memiliki tingkat kreativitas yang sama meskipun hampir setiap orang memiliki kemampuan tersebut. Di samping ada suatu hubungan yang erat antara kekreativitasan yang tinggi dan kepandaian yang di atas rata-rata, kepandaian bukanlah hal yang penting dalam kreativitas. Kreativitas memiliki beberapa syarat yang umum, yaitu:
Antusiasme
Antusiasme tidak dapat disamakan dengan kegaduhan atau kegiatan fisik saja. Bagi guru Kristen kreativitas berarti mengutamakan hubungan yang dinamis dengan Tuhan dan firman-Nya. Dari hubungan ini muncullah antusiasme terhadap pengajarannya dan minat yang disalurkan dalam kehendak Tuhan.
Keterbukaan Pikiran
Orang yang benar-benar kreatif memiliki keterbukaan pikiran terhadap pengalaman. Ia tidak mengartikan setiap pernyataan dan tindakan murid-muridnya dengan cepat menarik kesimpulan. Ia memahami kegagalan-kegagalan yang kadang-kadang dilakukan oleh orang lain ketika mencari penerapan yang tepat terhadap kebenaran Allah. Ia mencari pemecahan yang baru terhadap masalah lama. Ia menghubungkan prinsip-prinsip lama dengan masalah-masalah baru dengan menggunakan cara-cara yang baru dan dengan penekanan-penekanan baru. Ia menerapkan kebijaksanaan pada masa lalu untuk menantang masa depan dengan suatu keinginan untuk mendengarkan orang lain dan membantu mereka dalam menemukan jawaban atas apa yang mereka cari.
Kepekaan
Orang yang kreatif, baik itu seniman, musisi, maupun guru, adalah orang yang peka terhadap sekelilingnya. Ia pengamat suara, warna, orang, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari di sekeliling kita. Kembali, ini adalah suatu kemampuan yang dapat digali oleh guru yang ingin meningkatkan kekuatan kreativitasnya.
Pertumbuhan Pribadi
Proses pertumbuhan bagi orang Kristen berlangsung terus-menerus, begitu pula dengan proses belajar bagi seorang guru. Selalu ada waktu bagi guru Kristen untuk mengetahui semua yang diperlukan untuk mengenal murid-muridnya. Guru yang berdedikasi terus bertumbuh kemampuannya, dan potensi kekreativitasannya bertumbuh bersamanya.
MEMBANGUN KEKREATIVITASAN
Latihan-latihan yang dapat meningkatkan kekreativitasan guru harus dilakukan secara rutin. Perhatikan beberapa latihan berikut ini:
Mengembangkan Program Membaca yang Baik
Seseorang dapat meningkatkan kreativitasnya melalui kosakata dan pola pikir yang dikembangkan dengan membaca yang kreatif. Membaca yang baik melibatkan metode dan isi. Menggarisbawahi, mencatat, dan metode-metode lain untuk mengingat apa yang dibaca mengakibatkan berbagai macam keefektivan dalam membaca. Untuk bacaan yang berisi, pilihlah buku-buku yang memberikan dorongan untuk mengajar, demikian pula dengan terus membaca bahan-bahan Kristen secara berkala.
Terapkan Teknik Pemecahan Masalah
Orang yang kreatif mencari cara-cara yang membangun untuk mendekati dan mengatasi masalah. Pendekatan pemecahan masalah yang baik biasanya dengan memfokuskan pada permasalahan, memberikan solusi- solusi, mengevaluasi solusi, memilih solusi yang terbaik, dan melaksanakannya dengan dasar percobaan.
Menggunakan Pendekatan "Brainstorming"
Kuantitas sering memberikan dasar bagi kualitas. Sebagai seorang guru, baik sendiri maupun dengan orang lain, daftarlah semua ide-ide yang muncul secara spontan dan tiba-tiba pada suatu subjek khusus, dengan demikian Anda melatih kemampuan mental. Kemudian, karena Anda dapat menyelami sumber dari berbagai macam ide dari pertanyaan yang diberikan, Anda memiliki bidang yang lebih luas untuk dikerjakan daripada hanya mempelajari hal-hal biasa.
Lakukan Penilaian yang Berbeda
Menunggu menilai suatu ide sampai ide tersebut menerima masukan menciptakan suasana yang sehat untuk menghasilkan ide-ide lainnya. Guru yang kreatif adalah guru yang mendengarkan ide-ide tanpa menghiraukan pendapat atau reaksi-reaksinya sendiri. Ia tidak pernah menutup pikirannya sendiri dengan dasar bahwa ide-idenya tidak berarti atau tidak berguna. Akhirnya, tentu saja nilai dari ide-ide tersebut harus ditentukan, tetapi mereka terlebih dahulu harus bereaksi yang sewajarnya.
MENDORONG KEKREATIVITASAN MURID-MURID
Guru yang memperhatikan kemungkinan untuk berkreativitas biasanya ingin mengembangkan kreativitas murid-muridnya. Ia ingin mendorong ide-ide yang imajinatif dan baru dan pada akhirnya menyuruh murid- muridnya untuk dapat memecahkan masalah mereka sendiri melalui penerapan yang tepat dari prinsip-prinsip firman Allah. Beberapa kualitas harus menjadi ciri dari suasana pengajaran jika kreativitas yang demikian akan dikembangkan pada murid-murid.
Perhatian (empati) sebagai Bagian dari Seorang Guru
Cobalah untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang seorang murid. Sebuah pepatah kuno Indian mengatakan bahwa tidak ada Indian yang berani memberikan komentar tentang perilaku saudara laki-lakinya sampai ia dapat menghidupi dirinya sendiri setidaknya selama satu minggu. Guru yang akan membantu murid-muridnya bertumbuh harus tahu beberapa masalah di rumah dan kesulitan-kesulitan murid-muridnya, demikian pula dengan memahami ciri-ciri kelompok usia anak tersebut.
Keragaman Suasana dalam Mengajar
Seperti yang telah disebutkan, keragaman adalah salah satu ciri-ciri yang dapat diteliti untuk dapat mengajar dengan kreatif. Guru yang akan mengendalikan murid-muridnya tidak dapat hanya memberikan catatan yang sama atau menggunakan pendekatan yang sama selama berminggu-minggu. Harus ada perubahan, harus ada penyegaran situasi di dalam kelas.
Toleransi dalam Kegiatan Kelas
Pertumbuhan kreativitas murid didorong oleh suasana kelas yang mengizinkan terjadinya kesalahan. Guru yang bijaksana senang memimpin murid-muridnya untuk membetulkan pemikiran mereka daripada tiba-tiba dengan kasar memotong diskusi yang tidak sepenuhnya benar. Proses belajar yang kooperatif terjadi bila guru tidak mendominasi atau menghambat kegiatan kelas, guru mengembangkan minat dan inisiatif murid-murid.
Penilaian Murid-murid
Murid harus diajari bagaimana menilai ide-ide dan membangun nilai- nilai yang benar. Hal ini melibatkan pandangan yang benar tentang tekanan kelompok teman sebaya dan pemahaman terhadap penerapan Alkitab dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya, murid-murid harus membangun pola hidup mereka sendiri dan membuat keputusan-keputusan yang mandiri. Dalam hal ini, poin penting yang harus disampaikan guru adalah dengan mengajar yang kreatif yang memperkenalkan situasi kehidupan nyata dan membimbing murid-murid kepada solusi-solusinya sendiri yang alkitabiah. Dalam proses ini guru dengan kesediaan dan pertemuan-pertemuannya melayani sebagai suatu sumber hidup. Guru juga mendorong penggunaan semua materi-materi yang berguna. (T/Ra)

Sumber : http://lead.sabda.org/mengajar_yang_kreatif_0

Guru yang mengajar dengan kreatif

Posted by : Unknown on : With 0komentar
Tag :

Profil Syekh Nawawi Al-Bantani

|
Baca selengkapnya »

Ada beberapa nama yang bisa disebut sebagai tokoh Kitab Kuning Indonesia. Sebut misalnya, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Abdul Shamad Al-Palimbani, Syekh Yusuf Makasar, Syekh Syamsudin Sumatrani, Hamzah Fansuri, Nuruddin Al-Raniri, Sheikh Ihsan Al-Jampesi, dan Syekh Muhammad Mahfudz Al-Tirmasi. Mereka ini termasuk kelompok ulama yang diakui tidak hanya di kalangan pesantren di Indonesia, tapi juga di beberapa universitas di luar negeri. Dari beberapa tokoh tadi, nama Syekh Nawawi Al-Bantani boleh disebut sebagai tokoh utamanya. Ulama kelahiran Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten, Jawa Barat, 1813 ini layak menempati posisi itu karena hasil karyanya menjadi rujukan utama berbagai pesantren di tanah air, bahkan di luar negeri. Bernama lengkap Abu Abdullah al-Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar al-Tanari al-Bantani al-Jawi, Syekh Nawawi sejak kecil telah diarahkan ayahnya, KH. Umar bin Arabi menjadi seorang ulama. Setelah mendidik langsung putranya, KH. Umar yang sehari-harinya menjadi penghulu Kecamatan Tanara menyerahkan Nawawi kepada KH. Sahal, ulama terkenal di Banten. Usai dari Banten, Nawawi melanjutkan pendidikannya kepada ulama besar Purwakarta Kyai Yusuf. Ketika berusia 15 tahun bersama dua orang saudaranya, Nawawi pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Tapi, setelah musim haji usai, ia tidak langsung kembali ke tanah air. Dorongan menuntut ilmu menyebabkan ia bertahan di Kota Suci Mekkah untuk menimba ilmu kepada ulama-ulama besar kelahiran Indonesia dan negeri lainnya, seperti Imam Masjidil Haram Syekh Ahmad Khatib Sambas, Abdul Ghani Bima, Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, Syekh Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib Hambali, dan Syekh Abdul Hamid Daghestani. Tiga tahun lamanya ia menggali ilmu dari ulama-ulama Mekkah. Setelah merasa bekal ilmunya cukup, segeralah ia kembali ke tanah air. Ia lalu mengajar dipesantren ayahnya. Namun, kondisi tanah air agaknya tidak menguntungkan pengembangan ilmunya. Saat itu, hampir semua ulama Islam mendapat tekanan dari penjajah Belanda. Keadaan itu tidak menyenangkan hati Nawawi. Lagi pula, keinginannya menuntut ilmu di negeri yang telah menarik hatinya, begitu berkobar. Akhirnya, kembalilah Syekh Nawawi ke Tanah Suci. Kecerdasan dan ketekunannya mengantarkan ia menjadi salah satu murid yang terpandang di Masjidil Haram. Ketika Syekh Ahmad Khatib Sambas uzur menjadi Imam Masjidil Haram, Nawawi ditunjuk menggantikannya. Sejak saat itulah ia menjadi Imam Masjidil Haram dengan panggilan Syekh Nawawi al-Jawi. Selain menjadi Imam Masjid, ia juga mengajar dan menyelenggarakan halaqah (diskusi ilmiah) bagi murid-muridnya yang datang dari berbagai belahan dunia. Laporan Snouck Hurgronje, orientalis yang pernah mengunjungi Mekkah ditahun 1884-1885 menyebut, Syekh Nawawi setiap harinya sejak pukul 07.30 hingga 12.00 memberikan tiga perkuliahan sesuai dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari Indonesia adalah KH. Kholil Madura, K.H. Asnawi Kudus, K.H. Tubagus Bakri, KH. Arsyad Thawil dari Banten dan KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang. Mereka inilah yang kemudian hari menjadi ulama-ulama terkenal di tanah air. Sejak 15 tahun sebelum kewafatannya, Syekh Nawawi sangat giat dalam menulis buku. Akibatnya, ia tidak memiliki waktu lagi untuk mengajar. Ia termasuk penulis yang produktif dalam melahirkan kitab-kitab mengenai berbagai persoalan agama. Paling tidak 34 karya Syekh Nawawi tercatat dalam Dictionary of Arabic Printed Books karya Yusuf Alias Sarkis. Beberapa kalangan lainnya malah menyebut karya-karyanya mencapai lebih dari 100 judul, meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu kalam, sejarah, syari’ah, tafsir, dan lainnya. Di antara buku yang ditulisnya dan mu’tabar (diakui secara luas–Red) seperti Tafsir Marah Labid, Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Sullam, al-Futuhat al-Madaniyah, Tafsir Al-Munir, Tanqih Al-Qoul, Fath Majid, Sullam Munajah, Nihayah Zein, Salalim Al-Fudhala, Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al-Daani, Bugyah Al-Awwam, Futuhus Samad, dan al-Aqdhu Tsamin. Sebagian karyanya tersebut juga diterbitkan di Timur Tengah. Dengan kiprah dan karya-karyanya ini, menempatkan dirinya sebagai Sayyid Ulama Hijaz hingga sekarang. Dikenal sebagai ulama dan pemikir yang memiliki pandangan dan pendirian yang khas, Syekh Nawawi amat konsisten dan berkomitmen kuat bagi perjuangan umat Islam. Namun demikian, dalam menghadapi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, ia memiliki caranya tersendiri. Syekh Nawawi misalnya, tidak agresif dan reaksioner dalam menghadapi kaum penjajah. Tapi, itu tak berarti ia kooperatif dengan mereka. Syekh Nawawi tetap menentang keras kerjasama dengan kolonial dalam bentuk apapun. Ia lebih suka memberikan perhatian kepada dunia ilmu dan para anak didiknya serta aktivitas dalam rangka menegakkan kebenaran dan agama Allah SWT. Dalam bidang syari’at Islamiyah, Syekh Nawawi mendasarkan pandangannya pada dua sumber inti Islam, Alquran dan Al-Hadis, selain jugaijma’ dan qiyas. Empat pijakan ini seperti yang dipakai pendiri Mazhab Syafi’iyyah, yakni Imam Syafi’i. Mengenai ijtihad dan taklid(mengikuti salah satu ajaran), Syekh Nawawi berpendapat, bahwa yang termasuk mujtahid (ahli ijtihad) mutlak adalah Imam Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan Maliki. Bagi keempat ulama itu, katanya, haram bertaklid, sementara selain mereka wajib bertaklid kepada salah satu keempat imam mazhab tersebut. Pandangannya ini mungkin agak berbeda dengan kebanyakan ulama yang menilai pintu ijtihad tetaplah terbuka lebar sepanjang masa. Barangkali, bila dalam soal mazhab fikih, memang keempat ulama itulah yang patut diikuti umat Islam kini. Apapun, umat Islam patut bersyukur pernah memiliki ulama dan guru besar keagamaan seperti Syekh Nawawi Al-Bantani. Kini, tahun haul (ulang tahun wafatnya) diperingati puluhan ribu orang di Tanara, Banten, setiap tahunnya. Syekh Nawawi al-Bantani wafat dalam usia 84 tahun di Syeib A’li, sebuah kawasan di pinggiran kota Mekkah, pada 25 Syawal 1314H/1879 M. Bersambung ke bagian 2
Bisa Dilihat di Klik

Profil Syekh Nawawi Al-Bantani

Posted by : Unknown on : With 0komentar

Urgensi Bahasa Arab

|
Baca selengkapnya »
Bahasa Arab merupakan bahasa yang unik. Ia berbeda dengan bahasa Inggris serta bahasa-bahasa asing yang lain. Tata bahasa yang digunakan relatif rumit. Ada ilmu Nahwu, Shorof, dan Balghah. Masing-masing disiplin tersebut mempunyai perbedaan signifikan, walaupun sama-sama ilmu bahasa Arab. Ilmu Nahwu lebih menekankan pada mabni ­dan mu’rob (menetukan harkat terkhir). Ilmu Shorof lebih menekankan pada shiyagul kalimat (perubahan bentuk kata). Sedangkan ilmu Balaghah cenderung mempelajari sastra Arab.Sementara itu, ada juga hal lain yang membedakan bahasa Arab dengan bahasa yang lain. Satu kata dalam bahasa Arab bisa dipecah menjadi beberapa kata yang berbeda arti dan makna serta kedudukannya. Ini sangat berbeda dengan bahasa Inggris. Kalau bahasa Inggris paling banter kata yang dapat dipecah dari bentuk dasar kata, kurang lebih lima bentuk kata. Makanya, terkadang orang menjadi malas dalam mempelajari bahasa Arab. Karena selain membingungkan juga banyaknya kata-kata yang berbeda makna, padahal itu hanya berasal dari satu kata. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berasal dari barat, terkadang juga menjadi sebab bagi sebagian kalangan untuk tidak mempelajari bahasa Arab. Disebabkan karena waktu yang tersedia terbatas, sehingga tidak ada ruang untuk menyempatkan diri belajar bahasa Arab. Beberapa penyebab kemalasan dalam mempelajari bahasa Arab di atas sebenarnya bisa menjadi penyemangat bahkan sebenarnya mempermudah kita dalam mempelajarinya. Kita harus sadar akan keunikan tersebut. Misalnya, satu kata bisa menjadi beberapa kata bahkan sampai seratus kata yang berlainan makna dan kedudukan. Ini sebenarnya mempermudah bagi kita dalam menghafal beberapa arti kata, karena kita hanya cukup memecahnya dari satu kata. Contoh, kata kataba (menulis) bisa dipecah menjadi kitabatan (tulisan), kitaban (buku), maktaban (meja), maktabatan (perpustakaan) dan lain sebagainya. Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat bermanfaat bagi kita, khususnya bagi yang muslim. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat muslim. Walaupun demikian, bukannya penulis menjustifikasi bahwa selain muslim tidak boleh belajar bahasa Arab. Namun, karena masyarakat jawa timur mayoritas muslim, maka tidak ada salahnya penulis menyebutkan beberapa kelebihan bahasa Arab perspektif Islam. Pertama, bahasa Arab adalah bahasa kitab suci Al-Quran. Kita tidak akan bisa memahami Al-Quran kecuali dengan memahami bahasa Arab dengan benar, baik dari segi nahwu, shorof maupun balaghahnya. Bolehlah, kita beralasan sekarang sudah banyak terjemahan, jadi tidak perlu lagi belajar bahasa Arab dan hanya cukup membaca terjemahannya saja. Pada dasarnya orang yang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia juga sudah mempelajari bahasa Arab dengan benar. Tapi alangkah baiknya kalau kita selain membaca terjemahan, juga harus bisa menguasai bahasa Arab. Karena, boleh jadi terjemahan yang ada juga ada salahnya, karena sifat dasar manusia tidak pernah terluput dari salah dan lupa. Ketika terjadi sebuah kesalahan dalam terjemahan, kita bisa memperbaikinya langsug, dan tidak ikut kepada terjemahan yang salah tersebut. Selain, itu jika kita memahami bahasa Arab dengan baik, kita tidak perlu lagi membuka terjemhan dan cukup membacanya dan cukup mengacu kepada tafsir-tafsir yang ada untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap makna dan kandungan Al-Quran tersebut. Kedua, sebagai ilmu alat. Artinya bahwa bahasa Arab meruakan bahasa yang dapat digunakan sebagai alat untuk menggali ilmu pengetahuan, khsusnya ilmu-ilmu agama. Karena Islam pada mulanya muncul di negeri Arab. Jadi ilmu-ilmu Islam mayoritas berbahasa Arab.Bahasa Arab bisa digunakan sebagai alat untuk menggali ilmu fikih dan hadits serta ilmu-ilmu yang lain. Karena, jika kita membaca buku-buku yang berasal dari Arab langsung, itu masih murni dan tidak ada campur tangan dari penerjemah. Dan disebabkan ketidakmengertiannya terhadap bahasa Arab, tidak jarang juga ditemukan orang yang mengatakan suatu ungkapan bahasa Arab sebagai hadits. Padahal itu hanya selentingan atau ucapan bijak yang tidak berasal dari Nabi. Untuk meningkatkan minat pelajar terhadap bahasa Arab, maka hendaknya bahasa Arab diperkenalkan kepada anak sejak dini. Ini juga seperti bahasa Inggris, kenapa minat pelajar lebih banyak ke bahasa Inggris dari pada bahasa Arab, karena memang bahasa Inggris sudah diperkenalkan kepada anak sejak dini. Bahkan sekarang di Sekolah Dasar sudah diajarkan bahasa Inggris. Kenapa bahasa Arab tidak?. Nah, inilah permasalahan mendasar lemahnya minat mahasiswa dalam belajar bahasa Arab. Khususnya bagi sekolah-sekolah yang berbasiskan Islam, Ini seharusnya lebih diperhatikan dan lebih diperhitungkan dari bahasa yang lain. Karena bagaimanapun tidak, pedoman agama Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Sedangkan bahasa yang digunakan Al-Quran dan Hadits adalah Al-Quran. Akan tetapi satu hal yang perlu diingat, khususnya bagi guru bahasa Arab, bahawa metode yang dipakai dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab kepada anak hendaknya dibedakan dengan metode yang dipakai untuk orang dewasa. Jika metode yang digunakan kepada orang dewasa dipakai juga kepada anak, maka pembelajaran tersebut tidak akan maksimal, dan bahkan akan gagal. Adapun metode yang dapat digunakan adalah bisa dengan membawa alat peraga. Alat peraga ini dimaksudkan untuk lebih menguatkan anak dalam mengingat kosa-kata yang telah diberikan. Jadi, ketika memberikan kosa-kata, anak dapat melihat langsung maksud ataupun arti dari kosa kata tersebut, walaupun guru tidak menulisnya di papan tulis. Anak dapat melihat langsung secara empiris. Jika ditinjau dari segi kognitif, metode seperti ini lebih efektif dari pada menulis arti kosa kata di papan tulis. Misalnya, seorang guru mau memberikan kosa kata tentang binatang. Maka guru harus menunjukkan gambar atau boneka yang berbentuk binatang. Dengan itu akan lebih cepat ditangkap dan dipahami oleh anak. Karena selain mendengar, visual anak bisa melihat langsung secara emperis. Metode seperti ini jika dikaitkan dengan konsep pendidikan modern, dapat dikatakan sebagai salah satu aplikasi konsep CTL (Contextual Teaching and Learning) yang masih belum dipraktekkan secara menyeluruh oleh para guru, khususnya di daerah-daerah terpencil.

Urgensi Bahasa Arab

Posted by : Unknown on : With 0komentar
Tag :

Jenis Vitamin B

|
Baca selengkapnya »
Vitamin B memiliki 8 jenis, yaitu vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, dan B12. Kekurangan vitamin ini bisa menyebabkan berbagai penyakit. Itu sebabnya berbagai banyak multivitamin yang ada menyertakan variasi beberapa jenis vitamin B yang disebut vitamin B-kompleks. Berikut ini penjelasan mengenai jenis vitamin B.
  • Vitamin B1 (Tiamin)

    Fungsi: Mengubah zat karbohidrat dalam makanan menjadi energi.
    Kebutuhan: Wanita 1,1 mg; Pria 1,2 mg; Wanita hamil dan menyusui 1,4 mg.
    Sumber: Nasi, roti, sereal, tepung terigu, makanan laut seperti udang, kepiting atau kerang.
  • Vitamin B2 (Riboflavin)

    Fungsi: Menjaga kesehatan mata dan kulit.
    Kebutuhan: Wanita 1,1 mg; Pria 1,3 mg; Wanita menyusui 1,6 mg.
    Sumber: Susu, keju, ayam, brokoli, bayam, jamur.
  • Vitamin B3 (Niasin)

    Fungsi: Untuk kesehatan kulit, meningkatkan nafsu makan, memperbaiki sistem pencernaan serta membantu mengubah makanan menjadi energi.
    Kebutuhan: Wanita 14 mg; Pria 16 mg; Wanita hamil 18 mg; Wanita menyusui 17 mg.
    Sumber: Padi-padian, kacang-kacangan, daging sapi, jamur.
  • Vitamin B5 (Pantothenic Acid)

    Fungsi: Bersama-sama dengan jenis vitamin B lainnya, vitamin B5 berguna dalam proses pemecahan lemak, protein, karbohidrat menjadi energi. Manfaat lainnya adalah untuk pembentukan sel darah merah dan membuat vitamin D.
    Kebutuhan: Wanita 4 mg; Pria 6 mg; Wanita hamil 5 mg; Wanita menyusui 6 mg.
    Sumber: Ayam, ikan sarden, alpukat, semangka.
  • Vitamin B6 (Piridoksin)

    Fungsi: Diperlukan dalam proses asam amino dan lemak.
    Kebutuhan: Wanita 1,3 mg; Pria 1,3 mg; Wanita hamil 1,9 mg; Wanita menyusui 2 mg. Kebanyakan konsumsi vitamin B6 dengan konsumsi lebih dari 50 mg per hari dapat menyebabkan kerusakan saraf secara permanen.
    Sumber: Daging unggas, ikan, sapi, kentang, tomat, pisang, buah yang berwarna ungu dan sayuran hijau.
  • Vitamin B7 (Biotin)

    Fungsi: Membantu dalam proses pemecahan lemak, protein menjadi energi yang akan digunakan oleh tubuh.
    Kebutuhan: Wanita 25 mkg; Pria 30 mkg; Wanita hamil 30 mkg; Wanita menyusui 35 mkg.
    Sumber: Daging ikan salmon, telur, susu, sereal, pisang dan kacang tanah.
  • Vitamin B9 (Folat)

    Fungsi: Bertugas agar sel-sel pada tubuh berkembang dengan benar, membentuk sel darah merah dan mencegah kerusakan saraf pada janin.
    Kebutuhan: Wanita 400 mkg; Pria 400 mkg; Wanita hamil 600 mkg; Wanita menyusui 500 mkg. Vitamin B12 yang berlebihan akan menyebabkan kekurangan vitamin B12.
    Sumber: Susu dan produk olahan susu, bit, hati, melon dan sayuran berdaun hijau.
  • Vitamin B12 (Kobalamin)

    Fungsi: Mengubah karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi, menjaga sel darah merah tetap sehat, melindungi sel saraf, mencegah penyakit jantung, dan mencegah penyusutan otak yang dapat menyebabkan daya ingat menurun.
    Kebutuhan: Wanita 2,4 mkg; Pria 2,4 mkg; Wanita hamil 2,6 mkg; Wanita menyusui 2,8 mkg.
    Sumber: Daging sapi, daging ikan, hati, telur, susu, kedelai dan rumput laut.

Ya, vitamin B banyak sekali manfaatnya. Khususnya bagi ibu hamil dan menyusui, harus selalu menjaga agar vitamin B cukup terpenuhi dalam menu makan sehari-hari. Bagi semua orang, vitamin B sangat menunjang terpenuhinya gizi yang baik.

Mengolah Vitamin B

Dalam pengolahan atau jika harus melalui proses pemasakan, sebaiknya tidak direbus. Disarankan untuk mengolah menggunakan microwave atau dengan cara dikukus. Hal ini karena vitamin B mudah larut dalam air dan mudah rusak jika dipanaskan. Sebaiknya, simpan sumber makanan vitamin B dalam keadaan dingin di lemari es agar vitamin ini tetap terjaga.

Walau jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terlalu banyak, tetapi vitamin B yang memiliki jenis yang beraneka ragam bermanfaat bagi tubuh terutama dalam membantu tubuh mendapatkan energi. Dengan mengetahui jenisnya yang beraneka ragam dengan manfaat yang berbeda, Anda dapat berusaha agar kebutuhan tubuh akan vitamin B tetap terpenuhi.

Jenis Vitamin B

Posted by : Unknown on : With 0komentar
Tag :
|
Baca selengkapnya »
Posted by : Unknown on : With 0komentar
Next
▲Top▲