7 Sifat yang pemimpin yang baik di sekolah

| Jumat, 30 Desember 2011

istilah pemimpin dalam bidang pendidikan atau educational leadership mengacu pada pemimpin di sekolah yang berusaha memadukan tiga kepentingan yang utama di sekolah. Kepentingan tersebut adalah kepentingan guru, kepentingan siswa dan kepentingan orang tua. Dimasa sekarang sekolah menghadapi tantangan yang sangat berat dikarenakan sekolah diharapkan bisa menjadi jawaban dari berubahnya jaman dan banyaknya sumber pengetahuan diluar sekolah. Seth Godin seorang ahli perubahan dan kepemimpinan menyarankan 7 sifat yang membuat pemimpin mampu menghadapi tantangan di abad 21, saya akan coba mencari hubungan dengan dunia pendidikan.

  1. Challenge – Tantangan. Pemimpin yang baik memberi tantangan kepada komunitas sekolahnya. Tantangan disini tidak selalu dalam pengertian prestasi yang terukur, lulus UAN 100 persen misalnya. Walaupun hal tersebut juga bukan hal yang jelek tetapi mengapa tidak dicoba hal-hal lain. Sekolah bebas bullying, sekolah yang melek TIK atau mengefektifkan pembelajaran di kelas dengan perencanaan yang matang misalnya . Banyak hal yang bisa dijadikan tantangan, dan hanya pemimpin sekolah yang baik yang bisa membuat tantangan menjadi kenyataan. Terkadang terlalu tinggi menggantung standar juga akan berakibat tidak baik, hitunglah sumber daya dan keunggulan apa yang sekolah punyai. Baru kemudian tantangan atau target bisa dimulai dari sana. Ingat sukses yang besar dimulai dari sukses yang kecil-kecil
  2. Culture – Budaya. Pemimpin yang baik secara sadar menciptakan budaya. Budaya tepat waktu, bisa dimulai dari hal yang kecil, tidak terlambat saat memulai rapat, atau masuk sekolah. Budaya menghormati orang lain bisa dimulai dengan mematikan HP saat rapat sedang berlangsung dan tidak berbicara satu sama lain saat ada orang yang berbicara didepan podium. Hal-hal yang sederhana namun diterapkan secara terus menerus bisa dengan mudah menjadi budaya positip di sekolah. Jangan lupa memberi selamat atau reward kepada guru atau siswa yang mempraktekan kebiasaan yang baik.
  3. Curiosity – Ingin tahu. Pemimpin sekolah yang baik selalu ingin tahu. Selalu bertanya untuk segala kemungkinan yang terbaik. Jika ada guru atau siswa mengeluhkan mnegenai sesuatu hal, ia akan mengajarkan atau memberi contoh untuk mencari tahu apa yang mungkin bisa dilakukan sekaligus bersama-sama mencari jalan keluar. Memang sudah menjadi tugas pemimpin untuk menangani keluhan dari semua pihak, guru, siswa dan orang tua. Namun pemimpin yang baik bisa mendengarkan, memberi masukan sekaligus menyelesaikan dengan bijaksana.
  4. Charisma - Berkarisma. Karisma bukan hal yang wajib bagi pemimpin. Orang seperti Soekarno memang berkarisma, buat kita yang orang biasa, berharap mempunyai karisma seperti beliau nampaknya hanya mimpi. Semua pemimpin sebenarnya dengan gampang bisa mempunyai karisma, tergantung caranya memimpin.
  5. Communicate – Berkomunikasi. Pemimpin yang baik berbicara ‘dengan’ kita bukan berbicara’kepada’ kita. Merupakan sebuah hal yang berbeda bukan? Kedua istilah tersebut kelihatan sederhana. Namun terasa sekali bedanya. Ketika seorang pemimpinyang baik berbicara dengan staf, guru atau orang tua saat yang sama pemimpin menjadi pendengar yang baik, mau mengerti dan menempatkan harga diri rasa kepercayaan serta itikad baik terhadap orang lain diatas segalanya.
  6. Connect – Terhubung. Pemimpin disekolah yang baik selalu terkoneksi dengan semua orang. Dengan cepat orang lain bisa tahu apa yang sedang dikerjakan olehnya. Caranya bisa bermacam-macam dari berbicara didepan rapat mengenai apa yang dilakukannya, menulis di bulletin sekolah sampai menulis blog di internet. Tidak usah dengan artikel yang panjang dengan dot points saja sudah cukup untuk memberi kabar pada semua orang yang terlibat dengan pekerjaannya sebagai pemimpin.
  7. Commit – komitmen. Pemimpin yang baik menaruh komitmen yang tinggi terhadap kesejahteraan dan perasaan orang-orang disekitarnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang, tapi pemimpin yang baik tahu apa masalah mandasar yang semua orang inginkan dan rasakan. Juga tidak melulu masalah penggajian. Sebab kadang persoalan gaji di sekolah swasta tergantung dengan kemampuan sekolah dan banyak nya siswa. Masih banyak cara mensejahterakan bawahan, persoalannya pemimpin yang baik tahu cara mencari benefit atau keuntungan lain yang bisa didapat oleh bawahannya dengan bekerja di sekolah yang ia pimpin.

Sering dijumpai kekhawatiran guru dalam proses pembelajaran siswa bahwa untuk mencapai kompetensi standar dan kompetensi dasar serta indikator yang ditetapkan guru (KTSP) diperlukan ketersediaan alat dan media belajar siswa yang cukup bahkan yang ideal disamping ketrampilan guru dalam memilih startegi dan sumber belajar siswa yang sesuai indikator kompetensi.

Siapa yang paling bertanggungjawab untuk menyediakan alat dan media serta sumber belajar siswa dalam pembelajaran di kelas, di SMP, SMA maupun di SMK? Jawaban rasional adalah guru itu sendiri karena guru yang menetapkan indikator kompetensi kurikulum, merencanakan, melaksanakan pembelajaran serta menilai hasil belajar siswa bahkan menindaklanjuti hasil belajar siswa baik dengan remidial atau richment progam.
Alat, media dan sumber belajar siswa yang sesuai dan yang mendukung ketercapaian indikator KTSP memang sangat diperlukan dalam proses belajar siswa. Jika dihitung jumlah indikator KTSP pada setiap sekolah maka untuk satu mata pelajaran pada tingkat kelas tertentu dalam 1 semester minimal ada 3 indikator X 6 kompetensi = 18 indikator. Jumlah mata pelajaran pokok dan mata pelajaran muatan lokal KTSP minimal ada 15, berarti jumlah indikator dalam 1 semester ada minimal 18 X 15 = 270. Jika dihitung untuk 3 tingkat kelas (I, II dan III) dalam 1 semester = 3 X 270 = 810 indikator, maka untuk 1 tahun ajaran jumlah indikator masing-masing sekolah ada 2 X 810 = 1.620 indikator KTSP. Kurikulum KTSP di SMP, SMA dan SMK masing-masing mempunyai 1.620 indikator KTSP yang memuanya memerlukan alat, media dan sumber belajar yang berbeda dalam proses belajar siswa.
Kompetensi sosial guru sangat diharapkan dapat memenuhi semua alat, media dan sumber belajar siswa yang dibutuhkan dalam proses belajar siswa. Guru melakukan networking dengan intern dan ekstern sekolah dengan mengharapkan komitmen dan prioritas program manajemen sekolah untuk menyediakan alat, media dan sumber belajar siswa dalam proses belajar siswa yang sedang dimanage guru di dalam kelas. Akses guru netwoking ke ekstern sekolah kiranya perlu dipertimbangkan lebih mendalam karena akan berakibat adanya tambahan pembiayaan dari unsur ekstern sekolah.
Solusinya adalah kreativitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran siswa selalu diharapkan agar tingkat ketercapaian kompetensi KTSP tetap terjaga dan dapat diwujudkan dalam batas waktu yang ideal. Kekawatiran guru akan berkurang secara perlahan apabila guru dapat menemukan dan mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam proses pembelajaran siswa.
Berikut beberapa pembiasaan guru kiranya dapat dijadikan bahan renungan untuk mengimprov kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas:
  1. Mengaplikasi pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, siswa bisa diajak ke luar kelas dengan tujuan memaksimalkan lingkungan sekolah sebagai alat, media dan sumber belajar yang sesuai.
  2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan potensi sekolah yang ada, terutama sekolah yang siswanya banyak berasal dari lapisan masyarakat margin proses pembelajarannya disetting yang kreatif inovavatif mampu beradaptasi berbagai macam situasi.
  3. Mendisain pembelajaran oleh “guru kreator” yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas dan inovasi pembelajaran dengan analisis dan evaluasi untuk penyempurnaan disain beikutnya.
  4. Hindari ketegangan semua pelaku proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa diharapkan mampu memnghindari ketegangan sebaliknya nikmati situasi dan kondisi pembelajaran menuju tercapainya kompetensi siswa sesuai KTSP.
  5. Biasakan selalu mengamati lingkungan sekolah sehingga dapat menemukan area yang dapat dijadikan alat, media dan sumber belajar siswa.
  6. Mengimprovisasi daya kreatif dan inovsi dengan sedikit humor sehat dan seperlunya saja untuk mempertahankan dan mengembangkan semangat inovasinya. 7. Keluar dari dunia sempit menuju dunia luas dengan banyak baca buku bidang seni dan teknologi dapat menambah daya peka berfikir efektif dan efisien.
Sumber: http://whandi.net/2009/07/e-dukasi/mengharapkan-guru-yang-kreatif-dan-inovatif-dalam-pembelajaran.html

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲